Jumat, 25 Februari 2011

Yang Muda, yang Mengubah Dunia

Orang-orang mudalah pembawa angin perubahan saat ini di Afrika Utara. Di Mesir, wajah perubahan tersebut mendapatkan sosoknya pada Wael Ghonim, eksekutif di Google yang membuka halaman Kita Semua Khaled Said di facebook.
Khaled Said, pengusaha muda di Alexandria, setahun lalu dipukuli hingga mati oleh polisi. Ghonim yang mengelola halaman itu diam-diam dan dalam pergolakan Januari-Februari lalu sempat ditahan beberapa hari.
Kekejaman polisi itu menggumpalkan kemarahan rakyat Mesir, terutama orang-orang mudanya. Kamel (20), mahasiswa di desa Zawiyat Ghazal di Delta Nil, juga mengalami kesewenang-wenangan polisi. Suatu ketika dia jatuh ke lantai peron stasiun dari kereta api. Bukannya menolong, polisi malah memukuli dia karena menurut aturan tidak boleh ada yang tidur di peron.
Bila generasi sebelumnya hanya menggerutu dan menyimpan kekesalan dalam hati, Kamel meluapkan melalui internet, memakai komputer tua di rumahnya yang sesak. Tak lama, Kamel bergabung dengan grup di Facebook yang dibangun Ghonim dan menjadi salah satu pemimpinnya.
Di Tunisia dan Mesir, orang muda menjadi agen perubahan. Mereka memanfaatkan internet dan telepon seluler untuk mengabarkan semangat perlawanan pada rezim otoriter dan korup. Seperti berulang kali diberitakan media, seperti televisi Al Jazeera dan berbagai media cetak, internet dan SMS yang diakrabi orang-orang muda menjadi pemersatu melampaui ruang dan waktu.
Bukan berupa jargon-jargon model pemimpin rezim yang tampak tua dan lelah, tetapi guyonan terhadap para pemimpin yang sudah berpuluh tahun berkuasa, atau melalui lagu-lagu rap dan balada yang ditampilkan lewat film dan gambar. Mereka juga menyuarakan semangat kepahlawanan, kehormatan, dan terutama kebebasan. Bedanya, bila rezim yang berkuasa mengobarkan semangat melawan kolonialisme, anak-anak muda menginginkan kebebasan dari rezim yang kejam dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya sendiri.
Pemerintah Mesir berusaha menutup akses internet, tetapi dampaknya segera terasa terhadap bisnis, terutama perbankan, karena semua komunikasi praktis menggunakan jaringan internet. Begitu juga usaha membatasi penggunaan telepon seluler. Di Suriah, perempuan blogger berumur 19 tahun ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara lima tahun dengan tuduhan mata-mata.
Noorhaidi Hasan PhD, pengajar di IAIN Sunan Kalijaga dan peneliti di Universitas Islam Negeri Jakarta, dalam percakapan dengan Kompas, Sabtu (19/2), mengatakan, globalisasi yang dicirikan oleh publikasi massal dan pendidikan massal melalui internet dan SMS telepon seluler telah membawa masyarakat di negara-negara Islam di Afrika Utara yang tengah bergolak ke dalam apa yang oleh para akademisi ditengarai sebagai gejala global era post-islamisme (baca juga halaman 46 dan 47).
Internet dan SMS telah mematahkan peran otoritas tunggal, baik rezim yang berkuasa maupun pemimpin keagamaan. ”Tidak ada lagi satu kekuatan yang bisa mengontrol simbol-simbol kekuasaan, baik simbol rezim yang berkuasa ataupun simbol keagamaan,” kata Noorhaidi merujuk pada wacana postmodernisme.
Yang menyatukan rakyat di Tunisia, Mesir, dan juga Libya, Bahrain, Yaman, dan Iran adalah kebutuhan yang tidak dapat ditahan lagi, yaitu kehidupan kewargaan yang lebih bebas serta perut lapar yang menuntut pangan murah dan pekerjaan pasti.
Setelah Hosni Mubarak mundur sebagai presiden, masa depan Mesir tidaklah menjadi mudah dan belum tentu segera terwujud gambaran ideal masyarakat sejahtera dan demokratis.
Orang-orang muda yang tidak teroganisir di Mesir tak punya wakil untuk berunding di dewan militer tinggi ataupun di badan penyusun perubahan konstitusi, sama seperti yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Namun, bukan berarti mereka tak berdaya. Mundurnya presiden di Tunisia dan Mesir sudah membuktikan kekuatan massa tanpa wajah tersebut. Berhati-hatilah para pemimpin yang tak mau mendengar. 


(Sumber: Kompas Cetak   I   Penulis: Ninuk MP   I   Admin: FA

Jalan Panjang Kaum Revolusioner


Melukiskan situasi dunia Arab saat ini ibarat wilayah yang sedang dihantam gempa dahsyat. Gempa itu bukan karena amarah alam, tetapi amarah kaum mudanya. Maka, bukan bumi yang retak akibat gempa itu, melainkan sistem politik dan ekonominya yang kini mulai runtuh berjatuhan.
Gelombang kemarahan kaum muda itu secara mencengangkan berhasil mengempas barisan rezim diktator di kawasan itu. Mulai dari tumbangnya rezim Ben Ali di Tunisia, lalu jatuhnya rezim Mubarak di Mesir, dan kini rezim Khadafy di Libya di ambang keruntuhan pula. Kemarahan kaum muda itu kini juga mengancam rezim diktator di Yaman, Aljazair, dan bahkan sistem monarki mutlak di Maroko, Jordania, dan Bahrain. Para pengunjuk rasa di Maroko, Jordania, dan Bahrain menuntut penerapan sistem monarki konstitusional seperti di Inggris, di mana kekuasaan berada di tangan parlemen.
Semua itu terjadi dalam waktu yang sangat cepat, yakni dalam kurun waktu sekitar dua bulan.
Mengapa amarah kaum muda Arab itu bergulir sangat cepat? Persoalan di dunia Arab sudah sangat akumulatif yang terkait satu sama lain, mulai dari isu politik, sosial, budaya, ekonomi, hingga keamanan.
Persoalan yang menumpuk itu sesungguhnya bukan tercipta pada era rezim diktator yang lahir pada tahun 1950-an dan 1960-an, melainkan merupakan warisan dari era kolonial.
Ketika dunia Arab meraih kemerdekaan dari kolonial Barat, tidak serta-merta rakyat dunia Arab mengenyam kemerdekaan hakiki karena para pemimpin dunia Arab yang membawa rakyatnya bebas dari kolonial justru mempraktikkan pemerintahan diktator. Rakyat dunia Arab pun ibarat keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya.
Rakyat merasa tetap hidup terjajah. Bahkan, mereka merasa pula lebih terhina ketika hidup di bawah rezim diktator bangsa sendiri karena merasa ditipu dan diperlakukan tidak adil.
Betapa tidak, pemilu di sejumlah negara Arab yang lazimnya menjadi pintu perubahan dari satu kekuasaan ke kekuasaan lain dimanipulasi sedemikian rupa. Pula tidak ada tanda pemimpin yang sudah berkuasa puluhan tahun ingin meninggalkan kekuasaannya.
Program ekonomi yang dijalani pemerintah di banyak negara Arab gagal pula menyejahterakan rakyat dan malah mempertajan ketimpangan sosial serta menyuburkan praktik korupsi.
Ketertutupan akses ekonomi dan politik di dalam negeri memaksa banyak pemuda Arab dalam beberapa tahun terakhir berspekulasi dengan mempertaruhkan nyawanya menjadi manusia perahu yang berlayar dari pantai Mesir, Tunisia, Aljazair, dan Maroko untuk mencapai pantai Perancis, Italia, dan Spanyol dengan harapan bisa memperbaiki masa depan hidupnya di negara- negara Eropa itu.
Mereka yang beruntung bisa mencapai pantai Eropa, tetapi bagi yang buntung harus menerima nasib tenggelam ditelan gelombang Laut Tengah. Padahal, jasa orangtua atau kakek para pemuda yang bernasib buntung itu dalam mengusir kolonial tidak kalah besar dibandingkan dengan jasa para pemimpin rezim Arab diktator yang bergelimang dengan kekuasaan dan kekayaan.
Dampak dari buntunya akses politik dan ekonomi itu pula adalah suburnya gerakan militan di dunia Arab yang kemudian menjalar ke belahan dunia lainnya hingga ke Amerika Serikat, Eropa, Asia, termasuk Indonesia. Barangkali tidak terjadi peristiwa serangan teroris 11 September 2001 di AS yang terkenal itu atau bom Bali dan Jakarta bila tidak ada kehidupan politik yang otoriter di muka bumi ini.
Kesadaran kolektif 
Ratapan nasib buruk generasi muda Arab lantaran tertutupnya horizon politik dan ekonomi ke depan itu membangkitkan kesadaran kolektif mereka berkat jasa jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter yang cukup berkembang di dunia Arab saat ini.
Mereka pun akhirnya bergerak melawan rezim-rezim diktator itu dengan berbekal suatu keyakinan bahwa perubahan nasib mereka yang sesungguhnya berada di tangan mereka sendiri dan bertolak dari negeri mereka masing-masing, bukan di Eropa atau negara perantauan lainnya.
Mereka mulai berhasil mengobarkan revolusi dengan menumbangkan rezim diktator. Namun, titik lemah mereka adalah menggalang revolusi tanpa pemimpin. Risiko revolusi tanpa pemimpin itu pun mulai disadari, yaitu jatuhnya negara pascarevolusi ke tangan pemimpin yang tidak dikehendaki oleh para pemuda revolusioner itu sehingga impian mereka tidak langsung terwujud.
Itulah yang kini terjadi di Tunisia dan Mesir. Tunisia pasca-tumbangnya Presiden Ben Ali jatuh ke pemerintah loyalis Ben Ali yang sekaligus anggota partai Perkumpulan Konstitusional Demokrasi (RCD) yang berkuasa pada era Ben Ali. Mesir pasca-tumbangnya Presiden Mubarak jatuh ke tangan militer. Dewan Agung Militer yang berkuasa di Mesir saat ini menunjuk pula pemerintah Perdana Menteri Ahmed Shafik yang dibentuk Mubarak pada akhir kekuasaannya sebagai pemerintah ad interim.
Unjuk rasa pun tetap marak di Tunisia dan Mesir pasca-tumbangnya Ben Ali dan Mubarak. Unjuk rasa di Tunisia mulai reda setelah PM pemerintah transisi Mohamed Gannouchi pada 27 Januari lalu mengumumkan susunan kabinet baru sesuai dengan tuntutan utama rakyat Tunisia. Posisi kunci kabinet, seperti menteri luar negeri, menteri pertahanan, menteri dalam negeri, dan menteri keuangan, yang semula diduduki figur-figur mantan anggota RCD dipercayakan kepada figur profesional independen.
Di Mesir pun, pemerintah ad interim pimpinan PM Ahmed Shafik menjadi ajang kritik berbagai kekuatan politik karena dianggap bagian dari rezim Mubarak.
Koalisi pemuda revolusi 25 Januari yang berhasil menumbangkan rezim Mubarak menuntut pembentukan pemerintah baru yang terdiri dari teknokrat, menggantikan pemerintah ad interim pimpinan PM Ahmed Shafik saat ini.
Koalisi pemuda dalam pernyataannya yang disebarkan lewat Facebook menegaskan, revolusi belum selesai.
Pemuda Mesir dan Tunisia kini menunggu janji otoritas militer di Mesir dan pemerintahan PM Mohamed Gannouchi di Tunisia untuk menggelar pemilu bebas dan transparan di dua negara tersebut dalam kurun waktu enam bulan mendatang. Ternyata jalan kaum revolusioner menggapai impian mereka sepenuhnya masih panjang dan bahkan terjal.

Sumber: Kompas Cetak   I   Penulis: Musthafa Abd Rahman   I   Admin: FA

Revitalisasi Komitmen Bernegara

Para penguasa yang lama bertahan di kursinya cenderung tak mau mendengar dan terisolasi dari realitas masyarakat. Ketika rakyat mulai berunjuk rasa di Libya, pemerintah menuduh kelompok yang berhubungan dengan tangan asing dan kelompok agama berada di balik gerakan tersebut.
Amerika memang sering ikut campur dalam banyak penumbangan pemerintahan karena mengangkat sendiri dirinya sebagai polisi dunia. Tetapi, pemimpin yang ditolak rakyat di Tunisia dan Mesir adalah sekutu Amerika dalam menjaga kepentingan negara itu di dunia Arab.
Salah satu sebab mengapa perubahan besar di Tunisia menyebar di Afrika Utara hingga ke Iran seperti virus, menurut dosen FISIP Universitas Islam Negeri Jakarta, Ali Munhanif PhD, adalah karena negara-negara tersebut berangkat dari sejarah yang sama, yaitu warisan politik pasca-kolonialisme Inggris, Perancis, dan Ottoman.
Kesepakatan yang tertuang di dalam konstitusi hampir sama: menjaga solidaritas nasional, militer menjadi institusi negara, dan sosialisme menjadi ideologi ekonomi. Kesamaan lain, penyelesaian masalah negara berdasarkan kesukuan, seperti di negara-negara monarki Teluk. Kepemimpinan satu suku berakibat suku (dan juga ulama) yang tidak berkuasa termarjinalkan. Bahrain, misalnya, dikuasai monarki beraliran Sunni, sementara mayoritas rakyat adalah Syiah.
Meski begitu, Munhanif yang disertasinya di Universitas McGill, Kanada, mengenai perbandingan mobilisasi politik islamis di Mesir dan Indonesia berpendapat, revolusi Mesir, terutama dari sudut gerakan politik islamis, tidak akan memengaruhi Indonesia. Penyebabnya, antara lain, karena perbedaan semangat konstitusi antara Mesir dan Indonesia.
Bila konstitusi dipandang sebagai wadah di mana konflik berbagai ide tentang bernegara terjadi, maka pandangan organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan Masyumi sudah terakomodasi di dalam konstitusi Indonesia.
”Wujudnya konkret, ada partai politik berbasis Islam, ada UU Perkawinan (yang mengadopsi hukum Islam), UU Pendidikan yang mewajibkan pelajaran agama kepada siswa, dan ada Majelis Ulama Indonesia,” kata Munhanif.
Sementara di Mesir dan negara dunia Arab lainnya, konstitusi tidak merangkul semua kelompok. Al Azhar di Mesir, misalnya, menjadi benteng masuknya Ikhwanul Muslimin yang dianggap radikal; di Arab Saudi gerakan islamis yang politis dilarang.
Pengajar di IAIN Sunan Kalijaga dan peneliti di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Jakarta, Noorhaidi Hasan PhD, mengatakan, gerakan-gerakan radikalisme islamis bertujuan menentang rezim berkuasa untuk mengganti dengan negara Islam. Gerakan ini akan subur apabila rezim berkuasa tidak mampu menciptakan janji kesejahteraan dan keadilan serta terlihat lemah.
Noorhaidi yang meneliti militansi dan pencarian jati diri Islam di Indonesia pasca-Orde Baru mengajak membedakan antara gerakan karena kepentingan tertentu bermantelkan agama seperti kelompok yang menekan kelompok minoritas dari gerakan radikalisme Islam yang menentang rezim otoriter, tak adil, dan gagal mewujudkan kesejahteraan, meskipun keduanya bisa saling tumpang tindih. ”Sebetulnya, dari sisi positif bagus, ada protes pada ketidakadilan dan ketidakmampuan rezim,” kata Noorhaidi. Hanya saja, gerakan radikalisme tersebut, seperti terbukti selama ini, belum tentu menawarkan solusi seperti retorika yang dijanjikan karena bertendensi untuk juga bertindak otoriter.
Di sisi lain, tindakan meredam kelompok radikal dengan tindakan represif seperti di Mesir juga menimbulkan konsekuensi yang tidak terpikirkan sebelumnya. Simbol agama mudah dimainkan, tergantung dari dinamika kekuatan politik domestik saat itu. ”Saat ada konflik di kalangan elite negara atau negara terlihat rapuh, muncul struktur kesempatan politik untuk gerakan radikal,” kata Noorhaidi.
Pijakan bersama
Belajar dari pengalaman Mesir, Noorhaidi dan Munhanif mengajak kembali merevitalisasi pijakan bersama (common platform) yang telah menjadi kesepakatan lahirnya Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila, demikian Noorhaidi, harus didiskusikan terbuka dan diterjemahkan ke dalam tindakan sehari-hari melalui pendidikan dan undang- undang yang tidak meminggirkan kelompok minoritas. ”Begitu rupa sehingga sikap toleran itu menjadi napas sehari-hari,” kata dia.
Untuk menjaga pijakan bersama tersebut, keduanya sependapat, negara harus bertindak tegas. Dalam konflik antaragama saat ini, misalnya, pemerintah harus menindak tegas perbuatan melawan hukumnya. Di sisi lain, kelompok tersebut harus diajak masuk ke politik arus utama, ikut dalam pertarungan pemikiran mengenai konstitusi, seperti di dalam negara demokrasi.
Bila negara membiarkan otoritasnya, yaitu menarik pajak dan memiliki polisi dan tentara, dikuasai pihak di luar negara, situasi ini menurut Munhanif akan menjadi inkubator bagi gerakan radikal. Karena itu, dia mengusulkan agar yang mengeluarkan label halal adalah badan negara, seperti Kementerian Kesehatan atau Badan Pengawasan Obat dan Makanan, serta melarang organisasi atau kelompok apa pun memiliki laskar.

Sumber: Kompas Cetak   I   Penulis: Ninuk MP   I   Admin: FA

Ketika Negara Terasing dari Rakyatnya

Kurang dari 36 jam setelah Hosni Mubarak mengundurkan diri, dua jenderal penting berdialog dengan pentolan demonstran. Satu hal yang mengejutkan, kedua jenderal senior itu menunjukkan respek atas pendapat kelompok muda.
Dalam kultur Mesir yang sangat kaku dalam hierarki kelas dan usia, sikap jenderal senior yang mau mendengar itu jauh dari lazim. Kekuasaan puluhan tahun membentuk budaya patriarki yang begitu lekat dalam rezim penguasa.
Sikap kelompok tua itu sangat jelas ditunjukkan oleh sang presiden tersingkir, Hosni Mubarak, yang bergeming meskipun jutaan warga terus-menerus berdemo di Alun-alun Tahrir. Sikap yang sama saat ini ditunjukkan pemimpin Libya, Moammar Khadafy.
Majalah The Economist edisi 19 Februari 2011 memberikan perumpamaan menarik atas situasi Timur Tengah. Satu per satu patriark—yang terlalu lama berkuasa—berjatuhan seperti daun di musim gugur. Para patriark itu berwujud sebagai presiden seumur hidup, pemimpin suku yang menindas suku yang lain, ataupun pemuka agama.
Para patriark itu memastikan kekuasaan mereka stabil dengan berusaha menguasai parlemen, partai politik, bahkan organisasi kemasyarakatan. Pengamat politik Universitas Indonesia, Boni Hargens, mengatakan, karena yakin telah menguasai semua sendi kehidupan bernegara dan bermasyarakat, rezim otoritarianisme hidup dalam imajinasi yang mereka bangun.
Sementara peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, berpendapat, semua pemerintahan yang sudah lama berkuasa biasanya mengalami kelelahan. Kelelahan ini membuat pemerintahan kehilangan fokus dan tidak peka lagi terhadap realitas yang terjadi di masyarakat.
”Masyarakat menginginkan ada kebebasan dari tindakan kesewenang-wenangan rezim yang represif. Masyarakat ingin bebas bersuara, bebas berusaha, bisa mendapat penghidupan yang lebih baik. Dalam kasus Mesir, ketidakmerataan kesejahteraan menjadi salah satu sumber kegelisahan warga. GDP per kapita memang mencapai 6.000 dollar AS, tetapi sekitar 40 persen rakyat Mesir hidup di bawah garis kemiskinan,” kata Ikrar.
Ilusi
Dalam konteks Indonesia, keberjarakan antara ilusi yang dianggap realitas oleh penguasa dan realitas yang terjadi di masyarakat bermuara pada satu ungkapan kegemasan: pemerintah bohong.
Ketika pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terbentuk, ia menjual janji mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, mewujudkan pemerintahan yang baik, menegakkan hukum, memberantas korupsi, dan pembangunan yang inklusif.
Pemerintah mengklaim bahwa program pengentasan sudah berjalan, ditandai dengan alokasi anggaran untuk orang miskin yang meningkat dari Rp 23 triliun (tahun 2005) menjadi Rp 92 triliun (tahun 2010). Kenyataannya, kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin semakin lebar, ditunjukkan dengan koefisien gini yang meningkat dari 0,288 (tahun 2002) menjadi 0,345 (tahun 2006).
Sebagai acuan berefleksi, baik kita melihat hasil survei Lembaga Survei Indonesia. Dalam rilisnya awal Januari lalu, disebutkan pada Juli 2009 tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih mencapai 85 persen. Tingkat kepuasan itu anjlok hingga 62 persen pada Oktober 2010.
Menurut kesimpulan LSI, publik menilai kondisi politik, penegakan hukum, dan ekonomi sepanjang tahun 2010 memburuk. LSI mencatat, evaluasi negatif publik atas ketiga kondisi kemasyarakatan itu mengakibatkan menurunnya tingkat kepuasan mereka atas kinerja Susilo Bambang Yudhoyono.
Terasing
Meski di atas kertas program pemerintahan Presiden Yudhoyono dinilai paling baik—seperti memberikan perhatian serius pada hak-hak ekonomi, sosial, budaya, serta sipil dan politik—ini semua hanya berhenti pada wacana, minim implementasi. Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta, Robertus Robet, berpendapat, Presiden seperti terasing dari pikiran publik. ”Ia seperti terisolasi,” katanya.
Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan politik imagologi Susilo Bambang Yudhoyono. Inilah salah satu dari dua dimensi keterasingan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. ”Dia selalu membawakan diri sebagai subyek tatapan publik, bukan yang mengurusi publik,” lanjutnya.
Dimensi kedua adalah persoalan struktural terkait dengan desain ketatanegaraan dan sistem politik yang, menurut Robet, menghasilkan kombinasi yang tidak mungkin, yaitu presidensialisme dan multipartaisme. Dampaknya, meskipun Susilo Bambang Yudhoyono menang mutlak dalam pemilu–dengan suara 64 persen–untuk menjalankan kekuasaan dengan stabil ia selalu berupaya mendapat jaminan dari parlemen.
Selayaknya, sebagai pemimpin yang dipilih oleh mayoritas rakyat, ia seharusnya tidak bersikap seperti itu, apalagi jika ia cenderung meninggalkan rakyat dan lebih memerhatikan aspirasi partai politik. ”Keterasingan paling awal adalah saat membentuk kabinet,” kata Robet memberikan contoh.
Menghantam keadaban
Persoalannya, keterasingan itu ternyata memiliki dampak yang sama dengan rezim otoriter, terutama terhadap nilai keadaban publik, seperti kesetaraan, keadilan, keterbukaan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dalam rezim otoriter, ketika semua hal hendak diatur oleh negara, ada kecenderungan intervensi negara menjadi demikian masif hingga memasuki ranah privat. Bahkan, hukum pun dibentuk untuk melayani kepentingan itu sehingga keadaban publik kian terancam.
Beberapa kasus kekerasan bernuansa agama yang terjadi akhir-akhir ini dan lemahnya sikap pemerintah dalam menanggapi persoalan itu menjadi contoh jelas atas kecenderungan yang sama. Itu adalah ironi terbesar dalam sejarah demokrasi kontemporer di Indonesia, di mana negara justru cenderung tidak berbuat apa pun, terutama untuk menjamin dan melindungi hak masing-masing warga negaranya. Padahal, dalam demokrasi, hal substantif yang harus sengaja dikembangkan adalah kesetaraan, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Saat ini, perlahan tetapi pasti, Indonesia dihadapkan pada ancaman terhadap lestarinya keadaban publik dan komitmen pada kebangsaan serta hidup bersama yang terus dihantam oleh kekerasan dan intoleransi. Jaminan negara atas pelaksanaan hak-hak warga negara pun kian minim.
Hal itu tidak hanya menyuburkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap negara, tetapi juga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya benih pesimisme terhadap demokrasi. Kondisi itu tentu sangat berbahaya karena musuh- musuh demokrasi akan menelikung dan mengambil alih.
Ujungnya, demokrasi di Indonesia bisa mati muda seperti terjadi terhadap negara-negara Balkan atau tergoda untuk kembali kepada rezim totaliter. Dulu, tutur Robertus Robet, banyak orang berharap dan meletakkan kepercayaan kepada sosok Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi, sayang ia tidak banyak berbuat....
Sumber: Kompas Cetak   I   Penulis: DOT/JOS   I   Admin: FA

Rabu, 23 Februari 2011

The Final Frontier World Tour on Jakarta

In the mist,dark figures move and twist,was all this for real,or just some kind of hell,6-6-6 the Number of the Beast,Hell and fire was spawned to be released.”

Begitulah sepenggal lirik lagu yang sangat populer era 80an berjudul “The Number of The Beast” dari band Heavy Metal legendaris, Iron Maiden. setelah penantian panjang selama 30 tahun lebih, akhirnya Iron Maiden berhasil menggempur Jakarta lewat konser yang bertajuk The Final Frontier World Tour yang digelar di Pantai Karnaval Ancol, di bulan Febuari. Ini merupakan penampilan perdana Iron Maiden di tanah air.

Tepat pukul 21.00 WIB, tidak diiringi rintik hujan, langit cerah dan tampak bulan dengan bentuk sempurnanya, pertunjukkan pun dimulai lewat tembang anyar mereka, “Satelite 15…The Final Frontier”, lalu disambut oleh gemuruh penonton dan salam tiga jari mereka  yang mengacung ke atas.

Hits kedua pun dilantunkan, “El Dorado” dan hingga hits ke 5 suasana penonton masih terbilang senyap, mungkin dikarenakan tembang-tembang baru tersebut belum begitu familiar di telinga para penonton.

Baru, sekitar 30.000 penonton mulai panas dan berjingkrak ketika band yang baru saja memenangi penghargaan Grammy Award’s lewat kategori Best Metal Performance itu melantunkan lagu-lagu andalan mereka di periode 1980-1990an. Tembang-tembang lawas mereka  seperti “Fear of The Dark, “Wasted Years”, “The Trooper”, “2 Minutes to Midnight”, “The Number of The Beast”,dll mampu menyihir penonton yang telah memadati area konser sejak sore hari.

“Scream for me Jakarta,” teriak vokalis mereka Bruce Dickinson dan disambut riuhan penonton yang sudah panas malam itu, lalu hits “Running Free” mereka langsung di bawakan dan sekaligus menjadi lagu penutup pertunjukan mereka malam itu. Bruce yang tampil cukup atraktif pun berucap akan kembali lagi ke Jakarta suatu saat nanti.

Iron Maiden terbentuk pada tahun 1975, dan berhasil menjual lebih dari 80 juta albumnya di seluruh dunia. Band yang beranggotakan Bruce Dickinson (vokal), Nicko McBrain (drum), Steve Harris (bass), Dave Murray, Adrian Smith, dan Janick Gers (gitar) juga melanjutkan konsernya Minggu (20/2) di Lotus Pond, Garuda Wisnu Kencana, Bali. Dalam tur dunianya ini, mereka menggunakan pesawat Boeing 757 pribadinya dan dipiloti sendiri oleh Bruce.

Penonton yang datang pada malam itu tidak hanya dari Jakarta, namun dari kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Medan, Surabaya, Malang, Makassar, dan juga dari berbagai negara.
“Saya lihat di sini ada orang Indonesia, Malaysia, Australia. Ada yang beragama Islam,Kristen dan lainnya. Tapi semua berkumpul di sini dan melupakan semua perbedaan yang ada,” teriak Bruce, yang seakan juga ditunjukkan lewat sebuah tulisan bermakna pesan damai di atas pintu masuk arena konser, “Biar rocker tapi damai”. Yeah..Up the Iron’s…!!!


Penulis: Imron   I   Editor: Indra Nst   I   Admin: FA

Cantik Instan ?

Jangan mengeluh dulu kalau kita enggak punya wajah yang cantik seperti teman kita, soalnya wajah cantik belum tentu sehat loh, siapa sih yang enggak ingin wajahnya menarik?. menarik belum tentu mesti cantik, yang pasti menarik itu harus enak dilihat. Wajah yang enak di lihat salah satunya adalah wajah yang sehat.

Sebenarnya bukan wajah saja yang perlu di perhatikan, tubuh kita juga dong tentunya, tapi edisi kali ini tentang bagai mana kita merawat wajah yang sehat secara instan dan alami tentunya

SIKAP punya cara yang mudah untuk membuat wajah menjadi sehat secara instan, awalnya kita harus mengenal jenis wajah kita terlebih dahulu, jenis wajah kita itu seperti apa? Kemudian, baru kita melakukan perawatan basic yang tentunya bisa di lakukan di sendiri di rumah.

WHAT’S MY TYPE??
Coba untuk berkaca guna untuk melihat lebih dekat kulit wajah kita dan perhatikan baik-baik,  kalau kulit wajah kita mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar seperti ini:
  • Permukaan kulit wajah cenderung mengilat secara keseluruhan.
  • Pori-pori terlihat dan cenderung besar di bagian seputar hidung.
  • Kalau memakai make up dasar seperti bedak, tidak bertahan cukup lama sehingga mengeluarkan efek kilat di bagian atas bibir dan dagu.

Kalau ini tipe kulit kalian, berarti kalian mempunyai jenis kulit wajah berminyak, untuk cara mudahnya ambil selembar kertas minyak, dan coba tempelkan di bagian pipi dan dagu. Kalau noda minyak cukup besar terlihat di kertas minyak berarti kulit wajah kita cenderung berminyak.

Untuk jenis kulit seperti ini harus dan penting banget setelah beraktivitas bersihkan wajah dengan menggunakan pembersih wajah khusus kulit berminyak, dengan bahan alami, kalian bisa menggunakan jus jeruk sebagai tonner kulit yang luar biasa segarnya. Selain itu, jus jeruk juga membantu mengobati kulit dari kerusakan akibat sinar matahari. Caranya cukup gosokkan setengah butir jeruk ke seluruh permukaan wajah. Biarkan selama 5 menit sebelum membilas wajah dengan air dingin. Kulit pun dijamin segar dan bersinar dalam sekejap, tapi harus di lakukan secara rutin ya.

And the next, ciri-ciri berikutnya :
  • Kulit wajah menjadi merah dan mudah terasa sakit.
  • Terlihat agak transparan putih bersisik, maksudnya adalah membentuk bercak putih transparan di daerah tertentu.
  • Kulit wajah cepat berwarna kemerahan ketika terkena sinar matahari.
  • Urat tipis akan lebih sedikit terlihat dari balik kulit.

Ini berarti kulit wajah kalian memiliki tipe kulit kering, kalau kita merasakan kulit wajah sedikit kesat dan kasar, berarti kulit wajah kita cenderung kering. Wah untuk yang mempunyai kulit seperti ini harus hati-hati nih tapi tenang aja SIKAP mempunyai cara untuk mengurangi agar kulit tidak terlalu kering, caranya : rajin-rajinlah mencuci muka pada saat habis beraktivitas dan ingin tidur. 

Dan untuk bahan alaminya bisa juga menggunakan madu murni, caranya oleskan madu murni ke wajah pada saat kalian inigin tidur atau santai, ingat harus madu murni. Jangan lupa untuk jenis kulit ini sangat di butuhkan asupan vitamin E yang cukup, atau sering-seringlah meminum jus alpukat.

Jenis kulit berikutnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Kulit terlihat lebih mengkilap di daerah T (hidung dan kening), namun kering di daerah lain (pipi dan dagu), mudah timbul komedo di hidung dan kening.
Ini adalah jenis kulit wajah kombinasi, perawatan untuk jenis wajah kombinasi ini adalah : untuk perawatannya gunakan susu untuk pembersih pada daerah T (hidung dan kening) lalu bersihkan wajah dengan busa pembersih wajah.

Pengetahuan jenis kulit wajah penting untuk mengaplikasikan bahan perawatan yang harus kita pakai, salah-salah memakai bahan karena kita tidak tahu jenis kulit wajah kita, bisa berabe nantinya. Nahh selain perawatan-perawatan di atas yang terutama adalah kita harus sering mengngumbar senyum agar terlihat lebih-lebih cantik, dan terpancar aura yang positif. Sampai ketemu di edisi berikutnya ya.


Penulis: Meiliana   I   Editor: Indra Nst   I   Admin: FA

Setu Babakan Sebagai Tujuan Wisata Situs Betawi Dengan Tampilan Yang Khas Dan Sederhana

Terletak di daerah Srengseng Sawah Jakarta Selatan, Setu Babakan merupakan alternatif tepat untuk tempat pelepas penat warga kota yang telah jenuh dengan kesibukan pekerjaan sehari-hari. Gerbang bang Pitung dipakai sebagai pintu masuk utama dari wisata ini. Dikelilingi oleh para penjaja makanan  di pinggiran danau para pengunjung dapat duduk berjejer di bangku panjang sambil menikmati kerak telor, karedok, soto betawi dan makanan khas betawi lainnya.

Suasana di tepi danau ini sangat nyaman dan terasa sejuk dengan adanya pohon-pohon rindang yang berjejer di sekitar danau. Tidak hanya itu,  areal seluas 289 ha ini juga terdapat rumah-rumah betawi yang masih khas dan di sini kita dapat berbaur dengan masyarakat asli yang masih teguh memegang tradisi budaya Betawi. Semua pemandangan tersebut membuat hawa khas kampung si pitung ini menjadi lebih terasa.

Seperti halnya salah satu pengunjung, ibu Tati yang memilih Setu Babakan ini sebagai alternatif liburan karena selain tempatnya yang nyaman dan adem, tempat ini juga mudah dijangkau baik menggunakan angkutan umum ataupun kendaraan pribadi. Dengan adanya bagian informasi di dalam area wisata dapat membantu pengunjung untuk mengetahui lebih dalam baik mengenai Setu Babakan ini ataupun Budaya Betawi keseluruhan. Tidak hanya keindahan wisata tapi setu ini juga menyajikan berbagai pagelaran pertunjukan seni Khas Betawi mulai dari Qasidah, Marawis, Keroncong, Gambang Keromong, Lenong dan Gambus. Juga tak lupa tari Topeng dan Ondel-Ondel turut ditampilkan dengan apiknya.

Setiap hari area ini tak pernah sepi dari pengunjung, hanya dengan mengeluarkan Rp. 2000, kita dapat menikmati kenyamanan tempat dengan suasana adem dan rindang di tambah dengan arsitektur Betawi yang khas.


Penulis: Intan & Putri   I   Editor: Indra Nst   I   Admin: FA

Parkour’s “Philosophy About Efficiency"

Panjat tembok, lompat pagar, naik genteng sebagian orang menganggap aktivitas ini sedikit aneh, tetapi sebagian orang mencoba menekuninya. Parkour begitulah nama untuk aktivitas ini.

Parkour mempunyai arti bergerak atau berpindah tempat dari point A ke point B seefisien dan secepat mungkin yang menggunakan prinsip dari Parkour dengan mengedepankan keindahan bergerak sekaligus diimbangi oleh kemampuan dari tubuh manusia itu sendiri.

Parkour berasal dari kata parcours du combatant yang berarti pelatihan halang rintang militer, kata Parcours “c” diganti menjadi “k” dan “s”nya dipakai untuk menjelaskan filosofi Parkour itu sendiri “Parkour’s “philosophy about efficiency”.

Traceur berasal dari kata “
tracer” yang berarti cepat, mempercepat (to trace/ to go fast) Parkour adalah seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan untuk membantu manusia bergerak dengan cepat dan efisien.

Parkour mengunakan beberapa gerakan seperti berlari, memanjat, meloncat untuk melatih kemampuan manusia untuk melewati segala bentuk rintangan di berbagai situasi dan kondisi di lingkungan urban atau rural.

Untuk berlatih parkour seorang tidak membutuhkan perlengkapan special. Hanya menggunakan sepatu lari, kaos, dan celana yang nyaman untuk lari. Parkour adalah cara hidup, cara belajar untuk menguasai kemampuan diri kita dan terus berkembang ke level fisik yang lebih sehat.

Komunitas parkour di seluruh dunia itu adalah komunitas anti kompetisi yang berarti bahwa kita berlatih bukan untuk menjadi lebih hebat dari orang lain, tapi untuk menjadi lebih baik dari kemampuan diri kita sendiri di hari kemarin.

Founder of Parkour itu sendiri adalah David belle dan dan sahabatnya Sebastian Foucan founder of free running dan 5 sahabat lainya di lisess tanggal dan tahun tidak bisa di sebutkan.

Berdirinya Parkour di Indonesia sejak tahun 2007 dan itu ada di Taman Ria Senayan di Jakarta hingga menyebar ke seluruh Indonesia mulai dari kelompok kecil-kecilan hingga menjadi sebuah komunitas besar yang rapih dan terorganisir.

Muhammad Akbar atau yang akrab disapa Rabhka Akbar adalah salah seorang penekun parkour yang sudah menekuni sejak tahun 2008 dan sangat cinta sekali dengan seni olah tubuh ini. Akbar biasa latihan rutin Parkour di Depok dengan Kongaroo Team Parkour & amp; Free Running setiap minggu di Balaiurung Universitas Indonesia.

“Biasanya latihan menghabiskan waktu 4 jam. Mulai jam 9-12 siang dan latihan formal seminggu sekali setiap minggu, saya tertarik latihan Parkour ini karena cocok dengan fashion saya dan dijadikan sebagai gaya hidup baru saya selain fighting” demikian ujar Akbar.

Harapan Akbar di kemudian hari akan banyak bermunculan praktisi-praktisi parkour baru yang lebih bagus, karena merupakan penerus dan jangan  sampai mereka tersia-siakan. Akbar juga memohon bimbingannya bagi  para pendahulu untuk mengajarkan Parkour yang baik dan benar, Ini murni dari hati bahkan parkour bisa merubah sifat, etika, dan norma buruk menjadi baik. Dan tetaplah menjadi dampak yang baik bagi sekitarmu, tidak sombong dan tetap mengagungkan namanya di setiap lompatan mu”. Tutupnya.

First Name : Muhammad Akbar
Called : Rabkha Akbar
Day of Birth : 2nd of april, 06-04-1991
Place of Birth : Meulaboh aceh barat
Address : Jl. Swadaya 1 Pasar Minggu
Worked : Entertaint

Penulis: Khalied   I   Editor: Indra Nst   I Admin: FA

Anak Bangsa Yang Jadi Anak Tiri Di Negeri Sendiri

Kejamnya golongan yang berada di atas sana, mereka merampas segala keringat anak bangsa yang sebenarnya itu adalah hasil karya cipta dan mereka pun pantas untuk menikmatinya dari apa yang sudah ia ciptakan itu. Mereka terampas hak-nya oleh segala bentuk perbudakan bahkan mereka sendiri tidak menyadari semua hal itu, karena terbuai dengan limpahan uang yang menjanjikan padahal itu semua belum terbayar dengan apa yang sudah dapat mereka lakukan.


Penguasa asing yang mempunyai modal besar dapat dengan mudah menghidupkan dan menggerakkan roda perekonomian di negeri ini, sementara   anak bangsa yang  bekerja di pabrik tersebut mereka  diperbudak dan tenaga mereka  terus diporsir untuk selalu  bekerja  agar  dapat mencapai targetan perusahaan dalam memproduksi  barang.  Perusahaan menerapkan  sistem kerja out-shourtcing  dan sistem kontrak bagi para pegawainya. sistem ini nyatanya   belum  dapat mensejahterahkan  para buruh. Karena penghasilan yang di terima  belum sepenuhnya mereka dapatkan. Dan semua itu belum dapat mencukupi segala kebutuhan hidup mereka.

Pantaskah anak–anak bangsa yang hidup  di negara  merdeka justru malah mendapat perlakuan yang tidak adil dari para pemilik modal asing. Dan mereka belum merasakan kebebasan sepenuhnya. Sedangkan para pemilik modal asing, dapat dengan mudah menguasai dan mengeruk segala kekayaan alam negeri ini.

Penulis: Rizky   I   Editor: Indra Nst   I   Admin: FA


Jebakan Logika Irasional Valentine's Day

Perayaan hari Valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam. Perayaan valentin tersebut merupakan ungkapan dalam agama paganis Romawi kecintaan terhadap sesembahan mereka.

Perayaan Valentine's Day memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Asal muasal kata valentine adalah berasal dari seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III bernama Valentine.

Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.

Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.

St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.

Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.

Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar alias benul eh betul.

Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.

Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.

Hari raya ini diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya. Sementara sebagian orang menganggap hari Valentine sebagai momen yang paling sulit, penuh tekanan sekaligus dangkal karena semakin panjang periode sebuah hubungan cinta, semakin besar tekanan yang pasangan itu alami karena menipisnya ide-ide orisinal. 

Para remaja perempuan dan laki-laki (terutama) terjebak dalam logika yang irasional pada umumnya dan mereka menganggap ini rasional. Bahwa Valentine Day merupakan budaya barat yang diterima lugas oleh mereka tanpa filter, sehingga seolah-olah pindah budaya secara utuh dan mulai mengabaikan budya ketimuran kita yang di kenal dengan budaya yang santun.

Para remaja mengasosiasikan hari tersebut sebagai hari kencan bagi yang sudah berpasangan (pacaran) dan momoent yang tepat untuk mencari pacar. Beberapa gadis atau perjaka merasa tertekan jika tidak memiliki pacar pada saat hari valentine berlangsung. Jadi valentine menjadikan target bagi remaja untuk mendapat pasangan, untuk berkencan, untuk mengejar kesenangan masa remaja mereka. Menjadikan hari tersebut sebagai hari untuk mengungkapkan cinta (erotik)kepada pacarnya.Kadang pasangan tersebut menghabiskan waktu semalaman berdua untuk menikmati hari kasih sayang dengan aplikasi versi mereka, bukan tidak mungkin bisa saja terjadi aktivitas yang melanggar norma sosial ataupun agama.

Tradisi memberikan hadian pada valentine day juga menjadikan meningktnya konsumerisme di kalangan remaja. Bunga Mawar yang biasanya satu tangkai seharga Rp.1000 bisa naik sampai Rp. 5.000, coklat dan pernak pernik hati menjadi komoditi yang sangat laku di pasar, memang ini menggerakkan pasar, namun dalam kacamata konsumrisme semakin meningkatnya daya konsumsi pada remaja.

Melihat beberapa dampak negatif yang dapat di timbulkan oleh perayaan valentine pada remaja, semestinya dapat disikapi dengan benar bahwa: Kasih sayang harus di berikan kepada seluruh anggota Keluarga, orang -orang yang kita cintai, bukannya hanya kepada kekasih sebagai cinta (erotik).kasih sayang harus diberikan kepan saja, bukan hanya satu tahun sekali. Mewaspadai penetrasi budaya yang dapat merugikan secara sosial dan budaya.

Tak dapat dipungkiri perayaan hari kasih sayang yang tadinya hanya dirayakan oleh masyarakat di negara-negara barat kemudian juga dirayakan oleh masyarakat di negara belahan dunia yang lain, bisa dikatakan hari raya ini ini merupakan  perayaan terbesar kedua setelah Natal dalam perkembangannya, tradisi merayakan valentine tidak hanya menyangkut ungkapan cinta dan kasih sayang dari pria dan wanita yang dimabuk cinta entah sebagai sepasang kekasih atau suami istri, tetapi juga meluas dari anak kepada orang tua, murid kepada guru, kepada sahabat baik, dan bahkan bawahan kepada atasan. Semua hal ini sudah pasti sangat mengutungkan dari sisi bisnis, terlebih lagi dalam budaya pop yang menglobalisasi, dimana bagi pasangan yang sedang jatuh cinta tidak merayakan hari valentine malah seperti mahluk asing. Bahkan banyak wanita yang menyerahkan keperawanannya kepada pria yang dicintainya pada hari valentine, tentunya setelah melewati perayaan makan malam yang romantis, ungkapan cinta dan juga hadiah, seperti yang banyak dilakukan oleh para remaja di Jepang.

Mungkin ada diantara kita, entah pria atau wanita [ terutama wanita ] yang akan bete, cemberut atau ngambek dan kemudian minta putus ! dimana pada saat hari valentine pasangannya seperti bersikap biasa-biasa saja, tidak menberikan ucapan berupa ungkapan mesra baik berupa sms atau kartu ucapan, apalagi memberikan hadiah ! Kenapa itu terjadi ? Yaitu, karena trend dan budaya pop yang sedemikian besar mempengaruhi kehidupan kita.

Yang justru menganehkan adalah dalam kondisi globalisasi dijaman sekarang, dimana hari valentine begitu didengungkan dengan keagungan serta kesucian dari cinta dan kasih sayang baik dalam ungkapan kata-kata entah via sms, bbm, atau kartu ucapan bahkan juga dengan hadiah coklat
, bunga mawar pink dan mungkin perhiasan berlian bagi yang mampu, adalah tingkat perceraian dan perselingkuhan yang semakin tinggi dalam kehidupan masyarakat kita ! Logikanya adalah seharusnya dengan semakin meriahnya perayaan hari kasih sayang, seharus kehidupan pasangan kekasih atau suami istri menjadi lebih bahagia, lebih pengertian, lebih sabar dan mau saling memaafkan, sehingga tingkat perselingkuhan dan perceraian menjadi berkurang ! Tetapi bukankah saat ini yang terjadi adalah sebaliknya ? Bahkan dikalangan rohaniwan dan pemuka agama, perselingkuhan serta perceraian juga semakin meningkat ! Tidak percaya ?

Apakah kehidupan masyrakat yang serba modern, instant dan cepat berubah-ubah, sehingga kita seperti kejar-kejaran dengan waktu menyebabkan hari valentine menjadi hari yang “sakral “ atau khusus untuk mengungkapkan kasih sayang kepada orang yang paling kita sayangi, kasihi dan cintai dengan sepenuh hati, sementara di hari-hari lain sepertinya tidak ada waktu Itulah yang disebut anomali valentine day !

Setiap kita dapat dikelompokkan dalam dua jenis individu, yaitu pertama, orang yang dipengaruhi dan kedua, orang yang mempengaruhi.

Menurut Anda, saat ini berada di posisi yang mana, mempengaruhi atau dipengaruhi?

Penulis: Mbob   I   Editor: Indra Nst