Rabu, 27 Oktober 2010

MENIMBANG SOEHARTO

Ilham Aidit: Dijatuhkan Rakyat, Dia Pahlawan?

Wawancara Ilham Aidit, anak bungsu Dipa Nusantara Aidit, Ketua Komite Sentral PKI.

VIVAnews - Pukul enam lebih 30 menit. Februari 1983. Pagi itu kawasan Upas Tangkuban Perahu masih menggigil. Pensiunan letnan jenderal berusia 58 tahun itu menghampiri seorang anak muda 22 tahun.
Lama dia menatap, lalu memeluknya. Erat sekali, baru melepasnya. Seperti seorang ayah merindu pada anak. “Kamu sekarang jadi apa?” tanya si jenderal. “Kepala operasi,” anak muda itu menjawab.
Sang jenderal meminta waktu bicara berdua. Anak muda itu mengangguk. Lalu mereka menyingkir dari keramaian, ke tebing Kawah Upas. “Bagaimana kuliahmu?” tanya si pensiunan sembari memandang kawah. “Lancar,” anak muda itu menjawab.
Jendral tua yang bermata nanar pagi itu adalah Sarwo Edhie. Dan si anak muda itu adalah Ilham Aidit. Sarwo Edhie adalah komandan pasukan khusus yang membasmi anggota dan petinggi  Partai Komunis Indonesia (PKI) sesudah Gerakan 30 September 1965. Dan Ilham adalah anak bungsu Dipa Nusantara (DN) Aidit, Ketua PKI, yang mati dihabisi tentara di Boyolali, 23 November 1965.
Datang dari dua masa lalu yang berselisih, minat mencintai alam mempersatukan keduanya di Wanadri. Sarwo Edhie sebagai anggota kehormatan, dan Ilham kepala operasi organisasi itu.
Dan pada Februari 1983 itu, adalah pertemuan kedua mereka. Pertemuan pertama berlangsung 1981. Di tempat yang sama. Bulan yang sama. Saat itu Ilham menjadi anggota baru Wanadri dan  Sarwo Edhie anggota kehormatan. Sarwo Edhie menyalami satu persatu-satu anggota baru, mulai dari ujung.
Ilham yang berdiri di barisan tengah, gemetar menunggu giliran. Dia tahu bahwa Sarwo Edhie paham bahwa dia adalah putra DN Aidit. Ketika tiba gilirannya, Sarwo Edhie langsung memeluk. Dari 74 anggota baru yang dilantik pagi itu, cuma Ilham yang dipeluk. Pelukan itu tanpa kata.
Baru pada pertemuan kedua itu mereka bicara dari hati ke hati. Sarwo Edhie bercerita tentang peristiwa 1965. “Kamu bisa menerima ini, kan?” tanya Sarwo Edhie.  Ilham mengangguk. Dia merasa lega dengan obrolan pagi itu. “Itu awal mula rekonsiliasi pribadi,” kisah Ilham kepada VIVANews, Jumat, 22 Oktober 2010. Keduanya kemudian beberapa kali bertemu di Wanadri, sampai Sarwo Edhie meninggal, 9 November 1989.
Rekonsiliasi berikutnya kemudian dengan keluarga Sarwo Edhie, pada tahun 2004. Digelar di  Daarut Tauhiid--milik dai kondang AA Gym, di Gegerkalong, Bandung, Jawa Barat--pertemuan itu dihadiri  menantu Sarwo Edhie, Susilo Bambang Yudhoyono, yang saat itu sedang berjuang di putaran kedua Pemilu Presiden.
Hadir dalam  pertemuan  sejumlah anak-anak korban G 30 S PKI, DII/TII yang bergabung dalam Forum Silahturrahmi Anak Bangsa (FSAB).
Di situ, Ilham sempat bercerita kepada SBY soal pertemuannya dengan Sarwo Edhie. Mendengar cerita itu, tangan SBY memegang paha kiri Ilham, lalu bilang, “Kita harus menyelesaikan masa lalu, tapi dengan cara yang arif.”
Ilham mengangguk. Mereka lalu sepakat agar rekonsiliasi terus dilakukan.
Rekonsiliasi itu kembali digelar, 1 Oktober 2010, bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Berlangsung di Gedung MPR di Senayan, rekonsiliasi itu dihadiri sejumlah anak pahlawan Revolusi. Amelia Yani (Putri Jenderal Ahmad Yani), Christine Panjaitan (Putri Mayjen Panjaitan), Sukmawati Soekarnoputri.

Hadir pula Ilham Aidit, Svetlana (anaknya Nyoto), Feri Omar (anak Mantan KSAU Omar Dhani). Dan yang  menarik perhatian publik adalah kehadiran Tommy Soeharto, putra bungsu Jenderal (Purn) Soeharto, presiden Indonsia selama 32 tahun, yang memimpin penumpasan terhadap anggota dan petinggi PKI tahun 1965.
Dalam kata sambutannya, Tommy Soeharto menegaskan bahwa, “Kita tidak bisa mengubah sejarah, tapi kita bisa mengubah masa depan bangsa kita sendiri. Atas nama pribadi saya mengucapkan maaf lahir batin."
Hadirin bertepuk tangan.
Masa lalu  sejumlah anak mantan petinggi negara itu memang banyak yang kelabu. Ilham Aidit, misalnya, yang saat peristiwa G30S meletus masih kecil, harus lari dari satu rumah ke rumah yang lain, sebab diburu para tentara. Saat kecil, dia bahkan pernah nyaris ditembak.
Beruntung ada keluarga jauh yang memberi pertolongan, dan kemudian membesarkan Ilham bersama dua kakaknya, Iwan Aidit dan Irfan Aidit. Dua kakak perempuan mereka lari dan menetap di Perancis.
Atas pertolongan  keluarga jauh itu, Ilham kuliah di Teknik Arsitektur Universitas Parahiyangan, Bandung. Tamat dari kuliah, Ilham yang ditolak jadi PNS itu, kemudian bekerja sebagai arsitek. VIVAnews mewawancarai Ilham, soal kontroversi apakah Soeharto pantas jadi pahlawan atau tidak.
Tanggal 1 Oktober  2010, Anda bertemu dengan anak-anak pahlawan revolusi dan anak Mantan Presiden Soeharto di DPR.  Apa yang Anda rasakan dalam pertemuan itu?
Dengan Amelia Yani, dan Christine Panjaitan dan beberapa orang lain, kami sudah sering bertemu. Karena kami bergabung dalam organisasi FSAB. Sudah sering bertemu, saling kenal. Kalau dengan Tommy Soeharto, baru pertama kali bertemu di DPR itu.

Bagaimana perasaan Anda saat bertemu dengan Tommy. Canggung atau bagaimana?
Memang agak canggung. Tapi bukan karena dia anak Soeharto, tetapi lebih karena  saya paham bahwa Tommy juga pernah menjadi bagian dari masalah penegakan hukum dan ekonomi di negeri ini. Dia punya beberapa kasus yang berhadapan dengan negara.  Dia dan negara sama-sama pernah merebut uang di Bank Paribas di Inggris.
Saat bertemu Tommy Anda bersalaman?
Iya, kami bersalaman tapi tidak akrab.
Anda menyimpan dendam dengan anak-anak Soeharto?
Tidak. Saya kira ada juga anak Soeharto yang baik. Mbak Mamiek, misalnya, dia  anak yang baik. Saya kira dia orang bersih, artinya tidak punya kasus seperti kasus korupsi, KKN, dan lain-lain. Saya belum pernah dengar dia  punya kasus.
Kalau anak-anak jenderal yang lainnya itu, bagaimana Anda menilainya?
Saya salut dengan anak-anaknya Sarwo Edhie. Terlepas dari perilaku bapaknya, saya kira Edhie Prabowo, yang kini menjadi Pangkostrad itu, adalah tentara yang berprestasi. Saya sangat hormat dengan Beliau. Dengan anak-anak Pak Ahmad Yani dan Pak Panjaitan hubungan kami baik. Kami tidak diwarisi konflik orang tua kami.
Kini Soeharto ramai dicalonkan menjadi pahlawan, Ada yang setuju, ada juga menolak. Anda sendiri bagaimana?
Saya jelas tidak setuju.
Alasannya?
Ada tiga alasannya. Pertama, saya kira ada banyak pelanggaran HAM  yang  terjadi saat Beliau memimpin militer Indonesia dan saat Beliau menjadi presiden. Peristiwa yang selalu disebut antara lain, G-30S, Peristiwa Tanjung Priok, Lampung, dan beberapa peristiwa lain. Peran Beliau dalam sejumlah peristiwa itu sangat signifikan. Nilai Beliau dalam soal HAM ini merah.
Tapi kan Soeharto tidak pernah diadili dan terbukti bersalah dalam kasus-kasus itu?
Tidak diadili, tidak berarti Beliau tidak bersalah atau tidak tahu. Terlepas dari salah atau tidak, ratusan ribu pengikut PKI dibunuh sesudah tahun 1965, termasuk ayah saya. Apa Beliau sama sekali tidak punya peran dalam gemuruh perburuan dan pembunuhan para pengikut PKI itu?.
Kalau ada, betapapun kecil peran itu, apa pantas Beliau jadi pahlawan? Apa pantas orang yang diduga tahu soal pembunuhan itu, dan punya kuasa untuk menghentikannya, tapi diam saja, kita angkat jadi pahlawan?
Apa alasan lain?
Presiden Soeharto dijatuhkan lewat  unjuk rasa yang luar biasa masif di seluruh Indonesia. Unjuk rasa dilakukan hampir seluruh rakyat. Sampai-sampai mahasiswa panjat-panjat gedung dan menduduki atap gedung DPR. Apa pantas orang yang dijatuhkan dengan  kehendak rakyat yang begitu besar, kita angkat jadi pahlawan? Dijatuhkan rakyat, kok diangkat jadi pahlawan? Apa pembenarannya?
Tapi bukankah jasa Soeharto dalam pembangunan ekonomi besar? 
Pembangunan kita dibiayai oleh utang. Dan Anda tahu bahwa Profesor  Soemitro Djojohadikusumo, ketika masih menjadi besan Pak Harto, menegaskan bahwa sekitar 30 persen dari utang kita itu bocor. Bocor ke mana? Menurut Pak Sumitro dan para ahli ekonomi, ya bocor karena KKN.
Apa yang bocor ini pantas dibanggakan sehingga jadi pahlawan? Dan kalau sukses pembangunannya, apa alasan seluruh rakyat Indonesia waktu itu turun ke jalan menjatuhkan Beliau? Karena pembangunannya gagal, kan?
Pendukung Soeharto bilang, dalam hal KKN Soeharto toh tak pernah divonis bersalah. Tanggapan Anda?
Pengadilan untuk itu sudah ada, tapi Beliau sakit, sehingga kasusnya diendapkan dan kemudian dihentikan. Jadi, Beliau pernah diproses secara hukum. Lha, apa pantas Beliau yang pernah diproses hukum itu jadi pahlawan?

• VIVAnews

Amelia Yani: Soeharto Layak Jadi Pahlawan

Wawancara Amelia Yani, putri pahlawan revolusi Jenderal Ahmad Yani.

VIVAnews - Amelia Yani, putri ketiga Pahlawan Revolusi, Jenderal Anumerta Ahmad Yani, dikenal dekat dengan Soeharto. Saat lengser dan Soeharto jadi sasaran hujatan, Amelia justru bersimpati. Dia kerap menyambangi penguasa Orde Baru itu di Cendana.

Tak hanya sekadar menjenguk, wanita kelahiran Magelang 22 Desember 1948 ini juga tak segan-segan mengungkapkan kegundahan hatinya kepada Pak Harto. Mantan sekretaris Menlu Adam Malik ini mengakui pengagum berat Soeharto. Bukunya berjudul "Sepenggal Cerita dari Dusun Bawuk" menjelaskan itu semua. Oleh Soeharto, dia dipanggil dengan sapaan “Jeng Amelia”.

Itu sebabnya Amelia sangat mendukung usulan gelar pahlawan nasional untuk Soeharto. Ditemui VIVAnews di kantornya di kawasan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta, Selasa, 19 Oktober 2010 lalu, selama satu jam, wanita yang selama 14 tahun berkarier di UNDP ini menuturkan banyak hal. Berikut petikannnya:

Usulan gelar pahlawan untuk Soeharto memicu polemik, sikap Anda bagaimana?
Sangat layak Beliau menjadi pahlawan nasional, karena sekarang ini yang namanya pahlawan dengan kriteria beragam itu sangat langka. Mengenai Pak Harto, saya tidak mengenal dari kecil, tidak mengenal.

Saya mengenal Beliau itu setelah Beliau lengser, setelah tidak menjabat jadi presiden. Setelah itulah saya melihat seorang Soeharto yang tadinya begitu powerful bisa sendirian, nggak ada siapa-siapa. Tapi dalam kesendirian itu justru Beliau menunjukkan seorang Bapak Bangsa.

Bagaimana ceritanya?
Saya melihatnya begini, Beliau menerima saya pun selalu dengan batik rapi, celana panjang yang rapi dengan sepatu, kaos kaki, layaknya Beliau seorang kepala negara, meskipun bicaranya penuh dengan rasa sakit karena lebih banyak diam. Ia pernah bicara dengan saya, salah satunya begini, "Jeng Amelia harus tahu”, katanya pada saya, “Saya sekarang dibilang bajingan oleh rakyat." Waktu itu saya nangis, saya menitikkan air mata. Saya tidak berani mengulang kata seperti itu, karena saya pikir itu sangat menghina.

Nah, kenapa saya bilang layak jadi pahlawan, karena perjuangan Beliau sejak bersama ayah saya dulu-lah di zaman revolusi fisik melawan Jepang, Belanda. Itu apa pun bentuknya anak-anak muda zaman itu tanpa pamrih kan berhasil mereka menjadi Tentara Nasional Indonesia, kemudian merebut Irian Barat, merebut Timor Timur, mengganyang Malaysia.

Mereka semua itu bersama dan Pak Harto kan dijadikan Bapak saya Panglima Kostrad, waktu Bapak saya Menteri Panglima Angkatan Darat. Kostrad itu komando cadangan strategis. Kalau ada apa-apa dialah yang harus menutup kekurangan.

Anda melihat posisi Soeharto sangat penting waktu 1 Oktober itu?
Ya, terbukti waktu 1 Oktober 1965 ketika orangtua kami diculik, dibunuh, kemudian entah dibawa ke mana ketika itu kami tidak tahu. Orang pertama yang berani mengambil situasi tanggal 1 Oktober 1965 itu Jenderal Soeharto di Kostrad sana, di mana kami tahu semua komandan dan pimpinan berkumpul di Kostrad menunggu komando dari Beliau.

Di situ saya melihat keberanian Soeharto dalam kondisi negara sangat kritis, sangat-sangat kritis. Kalau dia salah ambil kebijakan ketika itu, dia pun habis juga. Itulah, di militer itu dilatih keberanian mengambil risiko di saat-saat sulit. Ketika itu siapa sih yang tidak takut pada Pemimpin Besar Revolusi. Beliau itu (Soekarno) masih segala-galanya. Kalau ada yang bilang Beliau terlibat atau tidak terlibat, itu kan sulit. Kita kembali Pak Harto saja, istilah Beliau itu mikul dhuwur mendhem jero. Itu maknanya besar. Tapi terkadang rakyat Indonesia itu kalau sudah benci, ya benci saja.

Soal peran Soeharto?
Dia pemimpin negara, pernah berkuasa 32 tahun, negara-negara ASEAN dan Australia sangat menghargai kita. Paul Keating, Perdana Menteri Australia memanggil Beliau 'Bapak', Mahathir Mohammad memanggil Beliau 'Bapak', Sultan Brunei memanggil 'Bapak'. Semua yang memanggil 'Bapak' itu dalam bahasa Indonesia memiliki konotasi sangat tinggi. Kalau 'Tuan' dan 'Nyonya' malah lain, kan. Itu panggilan terhormat, menunjukkan kita bangsa Indonesia tidak dilecehkan. Kalau sekarang ini RMS pun bisa melakukan sesuatu pada SBY, presiden kita. Malaysia pun bisa. Itu nggak enaknya sekarang ini.

Berkuasa 32 tahun tidak berarti tanpa salah. Kurang itu mungkin. Tapi dibanding kontribusinya terhadap negara, rakyatnya nggak kurang pangan, jalan bagus, listrik masuk desa, waduk-waduk semua dibuat mengairi sawah, meskipun sekarang kering dan dangkal. Tapi itulah maintenance. Tapi, apa yang Beliau pikirkan untuk menyejahterakan rakyat, itulah yang membuat Beliau layak menjadi pahlawan.

Punya kesan khusus tentang Soeharto?
Kenal Soeharto itu hanya setelah Beliau lengser, setelah reformasi saya sering ke Cendana, mahasiswa sudah mendekat ke situ. Mahasiswa sudah sampai Taman Suropati, kencang-kencang teriak Soeharto sudah mau lari, Mbak Tutut sudah ke luar negeri. Saya bilang Soeharto nggak mungkin lari. Wong, ini negeri yang Beliau cintai, kok. Masak mau dia tinggalkan hanya karena takut.

Saya melihat seorang besar seperti Pak Harto juga butuh teman. Teman yang selama ini di sekeliling Beliau mungkin baru menyadari saat itu. Teman yang di kerumunan Beliau dan putra-putrinya itu orang-orang yang hanya membutuhkan kemudahan, makanya terkenal dengan kroni-kroni.

Padahal, Beliau itu nggak begitu, sederhana, kok. Kalau Anda datang ke Cendana, dapurnya itu, mboknya masih pakai kain sederhana. Saya lihat juga kompor yang sudah lama sekali. Mungkin kalau putra-putrinya berbeda ya. Tapi kalau Pak Harto sendiri enggak. Makannya saja sederhana, sayur lodeh, nggak ada sesuatu yang katanya begini begitu. Orang tidak mengerti. Orang yang sudah dekat dengan Beliau akan beda kok melihatnya.

Ada pesan dari orangtua tentang Pak Harto?
Kalau Ibu (Yayu Ruliah Sutodiwiryo) dengan Pak Harto, itu biasa-biasa saja. Dulu ibu saya kan istri Menteri Panglima Angkatan Darat, jadi posisinya (Ahmad Yani) masih di atasnya Pak Harto, (Yayu, istri Ahmad Yani) di atasnya Ibu Tien. Ketika dunia berbalik, kemudian Pak Harto menjadi yang nomor satu, mungkin Ibu saya terlalu banyak mendengar isu.

Saya malah ngomong ke Bu Tien, 'Bisa nggak sih Bu, putra-putra Pahlawan Revolusi ini bertemu dengan Ibu?' Bu Tien bilang, 'Oh, silakan saja, kenapa jadi sulit.' Jadi, memang diciptakan situasi agar kami tidak bisa dekat oleh orang tertentu. Tidak tahu kenapa. Tapi, sekarang kami dengan putra-putri Pak Harto seperti Tommy, Mbak Tutut, Mamiek itu dekat.

Sebagai anak pahlawan revolusi, apa dulu mendapat kemudahan dari Soeharto?
Kami bukan kroninya. Jadi tidak pernah menikmati yang dinikmati orang-orang sekitar Beliau itu. Makanya kalau orang tanya apa ada rasa cemburu pada keluarga Pak Harto, ya pasti. Nasib keluarga kami ini berbeda jauh. Kalau kita bicara itu ya, kok kenapa bapakku yang dibunuh, dipateni, kok orang lain yang menikmati. Pasti ada yang membakar memanfaatkan situasi seperti ini.

Tapi setelah saya tinggal di pedesaan, saya pikir sebenarnya untuk apa  saya marah dan cemburu pada orang lain. Itu rezeki dia, rezeki saya ini. Akhirnya, pada 1 Oktober 2010 kemarin, di MPR itu terjadi rekonsiliasi yang saya sendiri tidak mengerti kok semuanya kumpul. Pak Taufiq Kiemas sendiri luar biasa. Karena kita tulus, orang lain pun menerimanya tulus.

Saya bicara ke Mas Tommy, 'Kalau bisa, sering-sering dong ikut acara seperti ini.' Mas Tommy bilang, 'Lho, saya kan baru kali ini diundang.' Saya bilang, 'Oke, besok diundang lagi'.
• VIVAnews

Ais Said: Saya Anak Ideologis Soeharto

Wawancara Ais Ananta Said, putra mantan Menteri Kehakiman Ali Said.

VIVAnews - Ais Ananta Said adalah anak sulung Ali Said, SH, Jaksa Agung di masa Soeharto berkuasa. Selain menjadi Jaksa Agung, Ali Said pernah menjabat Ketua Mahkamah Agung, dan Menteri Kehakiman. Dia berlatar belakang militer, berpangkat terakhir letnan jenderal.
Di masa Orde Baru, karir Ali Said naik tatkala menjabat Ketua Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) Jakarta pada 1966. Dia tampil sebagai Ketua Majelis Hakim Mahmilub yang mengadili tokoh Biro Chusus Komite Sentral PKI, Nyono, dan bekas Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Soebandrio. Pengadilan itu disiarkan secara luas lewat radio.
Mengikuti tren anak pejabat masuk parlemen pada masa Orde Baru, Ais sempat menjabat anggota DPR/MPR RI mewakili daerah Kalimantan Selatan hasil Pemilu 1997. Dia juga pernah aktif di pengurus DPP Golkar sampai Soeharto lengser pada 1998.
Dia mengatakan dulu kerap bertemu Soeharto. “Dulu kalau mau kawin atau cerai ada semacam wajib lapor kepada Beliau, sebagai anak-anak pejabat,” ujarnya.  Lalu mengapa Ais sangat mendukung Soeharto mendapat gelar Pahlawan Nasional?
Berikut petikan wawancara Ais dengan VIVAnews:
Apa pendapat Anda dengan usulan Soeharto mau dijadikan pahlawan?
Kalau saya setuju saja, dan Beliau memang pantas jadi pahlawan, wong bekas presiden. Kalau bekas presiden lain belum jadi pahlawan jangan iri dong, tunggu giliran saja. Pak Harto memang pantas dapat gelar pahlawan.
Bagi Anda, apa arti sosok Soeharto?
Buat saya sih, sekarang, cukup kirim Surah Al Fatihah dan mendoakan almarhum mendapat akhir yang baik di hadapan Allah SWT. Ini sesuatu yang harus diutamakan ketimbang memberi gelar ini itu dan pro-kontra. Yang pasti anak keturunan harus sadar bahwa Pak Harto berkeringat untuk mencapai puncak.
Pernah bertemu Pak Harto?
Pernah, waktu mau kawin dan waktu mau cerai. Kan dulu ada semacam wajib lapor pada Beliau sebagai anak-anak pejabat, diantar Bapak Ibu.
Apa kesan anda tentang Soeharto?
Saya ini anak ideologisnya Soeharto. Ini tidak bisa diganggu gugat lagi. Karena itu saya mendukung sekali pemberian gelar buat Beliau. Gak usah ditawar-tawar lagi. Dan jangan dibandingkan dengan yang lain. Ini kan bukan urusan naik Metro Mini, semua naik, semua duduk. Ada jatahnya masing-masing.
Anda dekat dengan anak-anak Soeharto?
Ya, semua dekat, semua sama, semuanya teman.
Pernah mendapat fasilitas bisnis ketika Soeharto berkuasa?
(Ais terdiam dan tidak menjawab pertanyaan ini).
Apa aktivitas Anda saat ini?
Saya berbisnis dan tinggal di Bali, di Kuta tepatnya.
• VIVAnews

Dahlia Biki: Rumah Kami Dijaga 24 Jam

Wawancara Dahlia Biki, putri Amir Biki, tokoh Tragedi Tanjung Priok 1984.

 VIVAnews – Meski sudah 26 tahun lewat, Tragedi Tanjung Priok 1984 itu tak lekang dari ingatan Nur Dahlia Biki, putri da’i dan tokoh masyarakat Priok, Amir Biki.
Amir Biki, bersama sejumlah tokoh dan ribuan warga Priok, mendatangi Kodim Tanjung Priok meminta pembebasan empat warga, pada 12 September 1984. Mereka ditangkap dua hari sebelumnya setelah terlibat bentrok antara tentara dengan jamaah Mushala As-Sa’adah Tanjung Priok.
Amir yang bekas aktivis Posko 66 itu mencoba menengahi, tapi gagal.
Saat barisan massa yang marah menuju Kodim, mereka dihadang pasukan tentara. Menurut saksi mata, tentara lalu memberondong tembakan. Biki, seperti kesaksian bekas Wakil Ketua DPR/MPR AM Fatwa, tewas tertembus peluru. Versi pemerintah menyebutkan 53 tewas, sementara laporan versi LSM menyebut angka 400.
Meski Dahlia, 32 tahun, tak melihat langsung insiden itu, tapi dia mengingat suasana tegang di sekujur Priok, termasuk kematian ayahnya. Di tengah simpang siur nasib ayahnya, Dahlia bermimpi Biki meninggal. Lalu, mengapa dia sulit memaafkan mantan Presiden Soeharto, yang dianggapnya bertanggugjawab atas insiden itu?

Kepada Fina Dwi Yurhami dari VIVAnews, Dahlia yang menamatkan studi S2 Komunikasi di Universitas Indonesia itu menuturkan alasannya. Berikut petikan wawancara yang berlangsung di Tanjung Priok, 21 Oktober 2010.

Apa peran ayah Anda, Amir Biki, di Tanjung Priok saat itu?
Papa itu termasuk salah satu yang disegani di Priok. Beliau itu aktivis 66, kegiatan sosial kemasyarakatannya kuat. Masyarakat Priok kan banyak suku, banyak pendatang. Jadi, kalau ada konflik antar suku, konflik apapun, biasanya Papa dipanggil untuk menyelesaikan, jadi mediator, sebagai penyambung ke pemerintah, dalam hal ini Kodim.

Berapa usia Anda saat peristiwa Tanjung Priok terjadi?
Waktu itu aku baru 6 tahun, kelas 2 SD, jadi masih kecil banget. Yang terlihat dan terekam, waktu itu malam mati lampu, gelap, kebetulan aku mimpi Papa meninggal. Malam itu Mama dapat telepon dari Wakil Gubernur DKI saat itu, Bapak Edi (Mayjen Edi Nalapraya, red), dikasih tahu Papa meninggal. Mama masih belum percaya. Mungkin saat itu dini hari jam dua, jam tigaan. Tapi terus aku mimpi, baru Mama yakin. Pada saat era Reformasi, aku mendampingi Mama. Kami berjuang ke Komnas HAM, dari mulai penyidikan sampai kemudian kami gali kubur, kami cari kuburan, kami identifikasi di RS Cipto Mangunkusumo.
Buat Anda, apa dampak kejadian itu?
Ngeri, karena rumah dijaga ABRI 24 jam. Tapi, karena kami masih anak kecil, bapak-bapak ABRI itu baik-baik saja. Yang terekam tuh ngeri aja, karena kami diawasi. Kemudian, tidak ada siapa pun yang datang. Dulu biasanya rumah kami itu tempat orang nongkrong. Setelah habis subuh, Papa sarungan, semua temannya datang ke rumah, sarapan. Setelah kejadian itu, sepi. Untung karena Mama bidan, pasiennya banyak banget. Itu saja yang jadi hiburan buat Mama.

Kenapa orang tidak berani datang?
Aku rasa takut. Karena siapa pun yang dekat sama kami, terus dikejar-kejar saat itu. Kami merasa dikucilkan, tapi di lingkungan sekolah tidak. Mereka malah support kami karena mereka tahu seperti apa perjuangannya. Mama pernah mendengar kabar, keluarga Amir Biki akan dihabisi sampai ke bawah. Mama benar-benar menjaga kami. Kami dimasukkan pesantren sebagai salah satu cara menjaga kami.

Tidak ada gerakan solidaritas dengan keluarga korban yang lain?
Saat itu belum ada. Paling orang datang ke rumah bilang, “Bu, anak saya hilang, gak pulang-pulang." Seperti itu saja.

Apa tindakan pemerintah saat itu?
Kami sering diinterogasi, rumah kami diacak-acak, sampai pasien Mama takut untuk datang.
Bagaimana pandangan Anda tentang sosok Soeharto kala itu?
Mengerikan. Zaman itu, siapa yang berani sama pemerintah? Saya pikir nggak ada, kecuali bapak saya.

Di mata pemerintah ketika itu, ayah Anda adalah pemberontak dan penghasut massa sehingga menyerbu markas Kodim.
Itu kan hanya ketakutan pemerintah, mereka buat secara sistematis kejadian seperti itu. Jadi, aku pikir itu memang sudah direncanakan jauh sebelum kejadian 12 September, di-set seperti itu. Yang aku tahu, Papa arahnya bukan seperti itu, bukan ingin menentang Pancasila, bukan menjadi pemberontak di negara, karena Papa sendiri kan berteman dengan kyai dari mana saja. Saya rasa bukan itu tujuan utamanya.

Pernah mendengar cerita Ibu mengenai pendapat ayah Anda tentang sosok Soeharto?
Nggak banyak yang bisa aku dengar tentang itu. Papa juga jarang ngobrol politik dengan mama. Namanya perempuan, mama takut, “Udah Pak, nanti kamu ditembak.” Papa bilang, “Udah, kamu tenang saja. Aku kuat.” Jadi, lebih ke obrolan suami-istri saja, mendukung secara mental.

Pernah mengalami kesulitan semasa pemerintahan Orde Baru?
Yang terasa sekali adalah saat mencari kerja. Waktu kuliah dulu, aku menjadi salah satu nominator penerima beasiswa Supersemar karena kebetulan prestasi akademisku bagus. Tapi begitu dilihat anaknya Amir Biki, gagal. Kemudian, waktu melamar pekerjaan. Waktu itu aku melamar jadi PNS, ikut-ikutan sama yang baru lulus di Departemen Hukum dan HAM. Di meja depan, aku lihat dokumenku langsung dipisahkan dari yang lain. Begitu dia buka, dia lihat nama belakangku Biki, langsung dipisahkan di depan mataku.

Apa reaksi Anda saat itu?
Nangis. Aku langsung mundur dari antrean panjang, aku langsung merasa.
Anda marah?
Kalau dibilang marah, ya marah sampai saat ini. Kok Papa meninggal dengan cara begitu. Beda kalau mungkin meninggalnya wajar, sakit, atau kecelakaan. Tapi ini aku tahu dia ditembak. Kalau menuruti hati, rasanya aku mau bergabung terus dengan teman-teman aktivis, tiap hari demo. Tapi kan buktinya pengadilan HAM nggak selesai. Dari sekian banyak tersangka, yang kena hanya yang menembak saja, 12 orang. Yang lain lepas.

Menjelang Soeharto wafat, muncul usul supaya pemerintah mengampuni Soeharto. Tanggapan Anda?
Pastinya nggak bisa kami terima, karena kami tahu itu sesuatu yang sistematis. Tidak mungkinlah penembak jitu dari ABRI berani menembak kalau nggak ada perintah atasan. Secara manusiawi, aku kasihan melihat Soeharto. Tapi, kalau mengingat berapa banyak manusia yang meninggal, yang hilang saat itu, sepertinya nggak seimbang.

Pandangan Anda tentang anak-anak Soeharto?
Saya tidak pernah berhubungan dengan mereka, tapi kalau melihat secara manusiawi, biasa saja.

Pernah dengar ada permintaan maaf Tommy Soeharto atas nama ayahnya kepada para keluarga korban kekerasan Orde Baru?
Saya tak pernah tahu. Sebagai manusia, kalau minta maaf ya sudah kami maafkan. Tapi kemudian apa yang bisa dia lakukan untuk kami? Tolong dong nama baik Papa direhabilitasi, biar imbasnya tidak terasa kepada kami anak cucunya. Papa dengan teman-temannya itu bukan gerombolan. Mereka berjuang untuk sesuatu yang benar. Waktu itu petugas Babinsa masuk masjid pakai sepatu. Orang Islam mana yang bisa terima? Pengumuman pengajian disiram pakai air got, siapa yang bisa terima?

Ada peristiwa yang secara langsung Anda lihat?
Melihat langsung tidak, tapi ketika masalah ini diangkat di Komnas HAM, kami gali kuburan massal di TPU Mengkok Sukapura dan Kramat Gangseng. Di Rindam tidak jadi digali karena dua tempat tadi sudah dianggap cukup untuk menjadi bukti terjadinya pelanggaran berat HAM. Ketika itu, sudah delapan mayat ditemukan. Papa itu satu-satunya mayat yang boleh dibawa pulang oleh keluarga, setelah kejadian itu.

Kini muncul usulan pemberian gelar pahlawan nasional terhadap Soeharto. Pendapat Anda?
Ini bukan setuju atau tidak setuju, tidak semata-mata melihat apa yang sudah dikerjakan Soeharto. Ada beberapa syarat mengenai ini, kemudian ada sisi lain yang juga harus ditimbang soal kasus-kasus pelanggaran berat yang sudah dilakukannya.
• VIVAnews

Selasa, 26 Oktober 2010

Teman di Lingkaran Ki Lurah


DUA lapangan golf kini menjadi favorit Presiden -Susilo Bambang Yudhoyono. Yang pertama Royale Golf Club, padang golf 27 hole di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Satu lagi Eme-ralda Golf Club, yang memiliki 18 hole di Cimanggis, Jawa Barat. Di dua tempat itulah Presiden sering menghabiskan akhir pekannya.
Ia biasa bermain bersama teman-teman seangkatannya di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Marsekal Djoko Suyanto, Marsekal Herman Prayitno, Laksamana Madya Imam Zaki, juga Jenderal Sutanto paling sering mengayun stick bersama Ki Lurah, sebutan para alumni 1973 itu buat Yudhoyono. Meski bukan seangkatan, Menteri Sekret-aris Negara Sudi Silalahi juga acap menemani bosnya di padang golf.
"Merekalah orang yang cukup dekat dengan SBY," kata sumber Tempo. Dalam beberapa kesempatan, mereka diajak bicara. Sutanto, misalnya, dimintai pendapat sebelum Presiden menunjuk Komisaris Jenderal Timur Pradopo sebagai calon Kepala Kepolisian RI. Padahal posisi resmi Sutanto adalah Kepala Badan Intelijen Negara.
Di luar "teman seperjuangan" itu, lingkaran di sekitar Yudhoyono sangat cair. Menurut Yahya Ombara, penulis buku SBY Presiden Flamboyan yang Saya Kenal, SBY membentuk lingkaran yang seperti medan magnet: banyak lingkaran dan kelompok tapi tak saling berhubungan. "Itu membuat SBY mandiri, sementara orang-orang patah tumbuh di sekitarnya," katanya.
Menurut sumber di Istana, hingga kini tak ada orang yang bisa mempe-ngaruhi SBY. Dua orang yang bisa melakukannya: Ibu Mertua dan istrinya, Nyonya Ani Yudhoyono. "'Ibu Suri dan Permaisuri' bisa mempengaruhi tapi juga tak mutlak," kata sumber itu.
Dalam wawancara dengan Tempo, kakak tertua Ani, Wijiasih Cahyasasi, mengatakan ibunya sama sekali tak pernah berhubungan dengan politik. "Kami sekeluarga sepakat melindungi beliau dari politik," katanya, Sabtu dua pekan lalu. Adapun Yudhoyono, dalam buku istrinya, Kepak Sayap Putri Prajurit, menyatakan, "Dalam agenda politik yang saya jalankan, ada teritori yang hanya menjadi wilayah saya, bukan wilayah Ibu Negara."
PADA saat awal Yudhoyono melangkah menuju ke kursi presiden pada 2004, tak banyak orang mendekat. Ta-pi, begitu hitungan cepat mempredik-si SBY menang, "Lalat-lalat mulai berdatangan- mendekat," kata Heroe Syswanto Ns., yang akrab disapa Sys Ns. Sys berada di garda depan kampanye presiden pada 2004.
Menurut Sys, ada sejumlah nama yang tetap setia hingga kini. Di antaranya Sudi Silalahi, Siti Hartati Murdaya, Ventje Rumangkang, Budi Santoso, Ahmad Mubarok, Yon Hotman, T.B. Silalahi, dan Robiq Mukav. "Hanya Pak Sudi yang tak ke Partai Demokrat," kata Sys. "Yang lainnya masuk."

Ada pula Kurdi Mustofa dan Setya Purwaka (kepala rumah tangga istana kepresidenan). Sys, Hartati, dan Mubarok sama-sama menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat ketika digandeng SBY. "Ketika partai menang, Bu Ani menitipkan nama Pak Suratto dan Hadi Utomo," kata Sys. "Saya kemudian meneruskan ke Pak SBY." Dalam rapat pertama tim sukses 2003-2004 di Cikeas yang dipimpin SBY dan T.B. Silalahi, nama Suratto belum -masuk.

Kesetiaan Suratto -Siswodihardjo kini tak pernah hilang. Ia tetap menyokong Yudhoyono pada Pemilihan Presiden 2009. Dia bergerak dengan bendera Gerakan Pro SBY. Sejumlah politikus dan para jenderal purnawira-wan ikut barisannya. Alumni Akabri 1969 yang pensiun dengan pangkat marsekal muda ini tetangga depan rumah Yudhoyono di Cikeas. Kini ia menjadi Komisaris PT Angkasa Pura.
Sys mengatakan, dialah yang membentuk Gerakan Pro SBY. "Belakangan Pak Suratto minta izin saya untuk meneruskan. Saya tak keberatan," kata Sys. Suratto tak bisa dimintai konfirmasi soal hal ini. Telepon dan pesan pendek yang dikirim ke telepon selulernya tak dijawab.
Hartati juga orang lama yang masih bertahan di sekitar Ista-na. Pandai mencari dan mengelola uang, ia kini menjadi anggota Dewan Pembi-na- Partai Demokrat, tempat Yudhoyo-no- menjadi ketuanya. "Dialah yang meng--galang para pengusaha untuk me---nyokong SBY," kata sumber Tempo.- Wanita kelahiran 1946 ini berada di -urut-an ke-13 daftar orang terkaya Indo-nesia versi majalah Forbes 2008. Dia bos Central Cipta Murdaya dan Grup Berca.
Menurut Yahya Ombara, SBY tahu betul kapan memanfaatkan seseorang dan kapan waktu yang tepat buat meninggalkan orang itu. Ada tiga kriteria orang agar bisa terus di dekat SBY: punya jiwa pengabdian, kemampuan, dan pengorbanan. "Pak Sudi contoh yang ber-tahan," kata Yahya. Figur seperti Hatta Rajasa dan Muhaimin Iskandar masih dipakai karena pentolan partai. "Jika turun dari posisi pimpinan partai, ceritanya akan berubah," kata Yahya.
Daniel Sparringa, staf khusus bidang komunikasi politik, melihat semua langkah Presiden Yudhoyono sebagai bentuk kehati-hatian. "Beliau tak ingin menyakiti siapa pun. Semua diletakkan secara proporsional," kata Daniel.
Hubungan yang unik tampak pada Ventje Rumangkang. Dalam kepengurusan Anas Urbaningrum di Partai Demokrat, ia diminta menjadi anggota Dewan Pembina. Padahal ia sempat keluar dari Partai Demokrat untuk mendirikan Partai Barisan Nasional pada Pemilu 2009. Ditanya kedekatan dan pengaruhnya pada Yudhoyono, Ventje hanya tertawa, "Ah, siapa bilang saya berpengaruh?"
Urusan kedekatan spiritual dibangun melalui kelompok Dzikir Nurussalam yang diasuh Hatta Rajasa, Sudi Silalahi, Maftuh Basyuni, dan Brigadir Jenderal Kurdi Mustofa. Tiap malam Jumat, jemaah ini berkumpul di Masjid Baitul Rahman di kompleks Istana Kepresidenan. "Masjid yang dibangun pada zaman Presiden Sukarno itu kini diluaskan dengan biaya Rp 2 miliar," kata salah seorang staf kepresidenan. "Pak SBY sangat memperhatikan jemaah ini."
Nama yang masuk belakangan, Kuntoro Mangkusubroto, yang kemudian ditarik menjadi Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Akhir-akhir ini pengusaha Peter F. Gontha kabarnya juga mendekat melalui jalur musik. Sebagai Ketua Kadin Komite Amerika Serikat, bos PT Java Festival Production itu pun banyak membantu SBY berurusan dengan Amerika.
Juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden Yudhoyono tak bisa dipengaruhi siapa pun. "Kecuali staf khusus, yang memang beliau percayai." Semua hubungan, kata Julian, bersifat formal. Presiden hanya mendengarkan masukan staf khusus, kabinet, Dewan Pertimbangan Presiden, dan UKP4. "Namun keputusan tetap berpulang pada beliau."
Banyak menghabiskan waktu bersama Presiden, Julian menyatakan Yudhoyono tak punya waktu menjalin hubungan dengan orang-orang tertentu. Pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, atau orang berpengaruh di komunitas tertentu dilakukan hanya untuk kepentingan negara. Tak ada unsur bisnis atau pribadi. "Saya pastikan tak ada tokoh informal atau pembisik di dekat beliau," kata Julian.
Dwidjo U. Maksum

Akibat Hujan Sepanjang Sore, Air Genangi Kelas


HIMPALAUNAS.COM, JAKARTA - Hujan deras sepanjang sore pada Senin (25/10) ini hampir membuat seantero Jakarta tegenang. Tak luput, kampus Universitas Nasional (UNAS) ikut merasakan akibatnya. Tak tanggung-tanggung hampir seluruh ruangan basement gedung-gedung terendam semata kaki.
Sebenarnya kampus yang berada di Pejaten, Pasar Minggu ini sudah menjadi langganan genangan air apabila hujan deras mengguyur. Biasanya hanya menggenang seperti danau buatan mengelilingi gedung-gedungnya. Namun hari ini terhitung yang terparah.
Saat hujan deras turun, tak lama kemudian sekitar pukul 15.30, air mulai masuk lewat jendela ke dalam ruangan kelas yang berada di basement. Air terus masuk sehingga kegiatan kuliah diberhentikan.
Disinyalir air sampai menggenangi basement  diakibatkan karena permukaan tanah lebih tingggi dari saluran-saluran air yang berada di kanan kiri gedung. Selain itu juga sistem drainasenya juga tidak memadai.
" Saya gak nyangka bisa sampai banjir seperti ini. Berarti drainase kampusnya yang buruk , " tutur Tata, mahasiswi FISIP UNAS angkatan 2009 saat ditemui HIMPALAUNAS.COM di Gedung Blok III kampus UNAS.
Beberapa waktu yang lalu, pada tahun ini, UNAS mengadakan beberapa renovasi hampir menyeluruh di gedung-gedung dan lingkungan sekitarnya. Lapangan utama yang sebelumnya tanah, kini ditinggikan dengan konblok sebagai lantainya. Cukup rapi, namun saat hujan keadaannya sangat kontras.
Saat berita ini diturunkan kesibukan di basement gwdung-gedung UNAS disibukan dengan menguras air. Gedung Blok I, rektorat, para karyawan bahu membahu dengan anggota keamanan kampus kerja keras menguras air dari dalam basement. Sementara itu di  basement Blok III, beberapa mahasiswa dari Himpunan Pecinta Alam Universitas Nasional (HIMPALA UNAS) dan Unit Bela Diri Karate (UBK UNAS) semenjak air masuk ke dalam basement di mana ruang sekretariat kedua UKM berada, terus menguras air secara gotong royong. (fri)

25 October 2010 oleh Redaksi   di: 

Biopori Ditutup Konblok, Banjir Rendam Basement Kampus Unas

Banjir, sudah menjadi langganan kota Jakarta, begitu juga dengan kampus Universitas Nasional (Unas) yang juga ikut serta berlangganan banjir. Namun nampaknya pihak Unas masih kurang serius dalam menangani persoalan banjir ini. Sehingga banjir yang terjadi Senin (25/10) merendam seluruh basement di kampus Unas.

Masalah pelik ini tak ayal membuat para korban  banjir, khususnya  Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Nasional (Himpala Unas) yang kebetulan ruang kerjanya berada di ruang basement sehingga rawan terendam. sempat, memberikan  solusi dengan membuat sumur resapan atau yang lebih dikenal dengan Biopori.

Teknologi biopori ini mengunakan lubang resapan di dalam tanah untuk menampung air. Lubang-lubang tersebut terbentuk akibat berbagai akitivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang itu akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

Konsep inilah yang kemudian dikembangkan dengan membuat lubang resapan sendiri. Teknologi ini otomatis membuat tempat resapan air semakin besar. Daya resapan air yang meningkat merupakan salah satu solusi mengatasi banjir.

"Kami sempat membuat ratusan sumur resapan (biopori) di kampus Unas, tapi semuanya telah di tutup konblok, " kata Alvin Regi (26), Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nasional yang juga anggota Himpala Unas, saat ditemui HIMPALAUNAS.COM, Senin (25/10) di sela-sela kegiatannya menguras air genangan di sekretariatnya, di wilayah Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

"Sebenarnya hanya diperlukan kesadaran masyarakat kampus tentang pencegahan banjir. Tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit, teknologi ini cukup sederhana untuk diaplikasikan. Jika teknologi ini bisa diterapkan dengan baik dan merata, bukan tidak mungkin, debit air banjir bisa berkurang, " pintanya. (has)




26 October 2010 oleh Redaksi   di: 

Tips Bila Mobil Anda Mogok Diterjang Banjir

Anda harus hati-hati melintasi jalanan banjir. Bila tidak, mobil Anda bisa mogok di jalan.
VIVAnews - Hujan deras yang terjadi kemarin mengakibatkan sejumlah jalanan terendam banjir. Tak pelak, kemacetan pun terjadi di mana-mana. Banjir kemungkinan juga akan terjadi, sebab siang ini, Selasa 26 Oktober 2010, hujan lebat kembali mengguyur Jakarta.


Bagi Anda pengendara mobil, harus hati-hati melintasi jalanan yang terendam air. Bila tidak, mobil Anda bisa mogok di jalan.

Lalu, apa yang harus Anda lakukan saat mobil terkena banjir? Berikut beberapa tips penanganan mobil setelah terkena banjir yang dikutip dari berbagai sumber:

Bila mobil terkena banjir ringan:- Periksa kondisi bearing roda
- Periksa kondisi sistem rem
- Periksa kerja sistem ABS
- Periksa kondisi tie rod dan ball joint
Banjir sedang:- Periksa kondisi oli mesin dan transmisi, jika tercampur air, ganti dengan yang baru
- Buka knalpot dan saringan udara, jika ada air bersihkan dan keringkan
- Pastikan mesin dapat berputar dengan cara memutar pully dengan kunci
- Periksa silinder dengan membuka busi, jika ada air bersihkan dengan cara start enginedengan kondisi busi terbuka semua
- Periksa kelengkapan kelistrikan mesin, seperti starter, alternator, dan ECU. Jika terdapat air, bersihkan dan keringkan

Banjir berat:- Periksa komponen-komponen sesuai pada kategori kebanjiran ringan dan sedang, serta periksa komponen yang berada dalam kabin.
- Periksa semua ECU, combination meter, tape, relay, dan fuse, serta semua konektor yang ada di dalam kabin. Pastika semua terbebas dari air, kemudian bersihkan dan keringkan menggunakan blower atau hair dryer.- Bawa mobil ke bengkel agar mendapatkan pemeriksaan lanjutan. (hs)
• VIVAnews

Ancaman Kesehatan di Balik Susu Formula

Sejumlah susu formula diteliti memiliki kandungan gula yang melampaui kebutuhan bayi.


VIVAnews - Kementrian Kesehatan melarang ketat penayangan iklan susu formula di seluruh media. Larangan keras yang kembali didengungkan ini dilakukan agar para ibu menyusui tetap memanfaatkan ASI sebagai makanan bayi di bawah usia 1 tahun. 

Tak hanya itu, adanya iklan susu formula juga dikhawatirkan menimbulkan kesalahpahaman persepsi bahwa susu formula benar-benar memiliki nutrisi yang sama persis dengan ASI.

"ASI ekslusif dan juga pemahaman ibu menyusui di negara berkembang masih sangat rendah, sehingga jika iklan susu formula bebas ditayangkan justru dikhawatirkan bisa menimbulkan persepsi salah," kata Ahli Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si saat dihubungi VIVAnews, Selasa 26 Oktober 2010.

Meskipun susu formula yang kini beredar di pasaran benar-benar diformulasikan dengan bahan-bahan yang mirip dengan ASI, namun, tak sepenuhnya semua nutrisi di dalam susu formula sama dengan ASI. 

Meski susu formula juga mengandung sejumlah nutrisi, namun menurut penelitian tim dari MRC Childhood Nutrition Research Centre di University College London, Inggris, susu yang terbuat dari susu sapi ini bisa memicu obesitas. Kandungan gula yang tinggi dalam sejumlah produk susu formula dianggap menjadi 'biang keladi' obesitas pada bayi. 

Selain itu, jika pengguna susu formula tidak mengikuti aturan dan takaran pas pemberian susu formula pada bayi. Hal inilah yang bisa memicu bayi mengalami kegemukan. "Obesitas bisa sangat mungkin terjadi pada bayi yang mengonsumsi susu formula. Salah satu penyebab, susu formua biasanya dalam bentuk powder. Takaran air dengan jumlah susu yang dituangkan bisa mengalami kelebihan atau kekurangan. Jika kelebihan, sangat mungkin menyebabkan bayi obesitas," ujar Nuri.

Susu formula yang beredar di pasaran terdiri dari dua jenis, susu formula non sapi dan susu sapi formula. Bayi yang memiliki alergi terhadap susu sapi formula dianjurkan untuk mengonsumsi susu formula non sapi. Biasanya terbuat dari kacang kedelai yang juga diformulasikan mirip dengan ASI. Meski demikian ASI tetap menjadi makanan terbaik untuk bayi yang memiliki formulasi gizi alami yang aman untuk bayi tanpa efek samping berbahaya.

Sebagai ibu, tentunya Anda ingin memberikan yang terbaik bagi si kecil. Untuk itu berikanlah bayi Anda ASI eksklusif minimal selama enam bulan. Bayi tidak perlu diberikan makanan apapun sebelum berusia enam bulan, karena kandungan dalam ASI sudah memenuhi kebutuhan gizi si kecil. Lebih dari 100 jenis zat gizi terdapat dalam ASI, antara lain AA, DHA, Taurin dan Spingomyelin yang sangat baik bagi pertumbuhan otak anak.
Masalahnya, masih banyak ibu yang memiliki kebiasaan untuk memberikan makanan tambahan pada usia kurang dari 6 bulan. "Hal itu nantinya bisa berefek pada masalah pencernaan si anak saat ia beranjak dewasa, karena lambungnya dipaksa mengolah makanan yang belum seharusnya diterima," ujar Nuri.

Untuk itu, jangan mudah menyerah dan mintalah dukungan orang-orang di sekeliling untuk bisa memberikan ASI eksklusif. Ingatlah kalau memberikan ASI tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik anak tetapi juga intelektual, mendekatkan hubungan ibu dan anak dan juga kesehatan ibu.

• VIVAnews

Tiga Besar Kandidat 1 Juta Followers: Sherina, Vidi, Raditya


PedomanNEWS.com - Apakah rekor 1 Juta Followers di Twitter segera terlampaui di Indonesia? Para followers ketiga bintang Twitter inilah yang akan menentukan, karena persaingan merebut tempat pertama 1 juta followers semakin ketat.

Tiga Besar kandidat 1 Juta Followers lengkap dengan jumlah followers mereka yang dipantau PedomanNEWS.com hari Jumat (22/10) pukul 08.00 pagi adalah: . Sherina Munaf @sherinamunaf memiliki 704.285 followers; 2. Vidi Aldiano @vidialdiano 553.079 followers; 3. Raditya Dika @radityadika 489.676 followers.
Adapun urutan lengkap sepuluh besar para calon Ratu Twitter atau Raja Twitter Indonesia adalah:  1. Sherina Munaf @sherinamunaf memiliki 704.285 followers; 2. Vidi Aldiano @vidialdiano 553.079 followers; 3. Raditya Dika @radityadika 489.676 followers; 4. Rakhmawatifitri  @Fitrop  334.103 followers;  5.Afgan @afgansyah_reza 309.259 followers; 6. Bunga Citra Lestari @bclsinclair  288.478 followers; 7. Aluna Sagita Gutawa  @Gitagut 282.494 followers; 8.Agnes Monica @agnezmo 265.540 followers; 9. Indraherlambang  @Indraherlambang  263.984 followers; 10. tora sudiro  @t_ORASUDI_ro  253.286 followers.

Berarti pertarungan 1 Juta Followers ini melibatkan: lima pesohor perempuan dan lima pesohor lelaki. Anda memihak yang mana? (Red)