Sabtu, 15 Januari 2011

A Thousand Suns: Ketika Linkin Park Mengecam Peperangan

Event 01 “We were not making an album”, begitu salam yang dibuka Linkin Park pada sleeve album terbarunya ini. Percayalah, mereka tidak berbohong. Album ini bagaikan sebuah kumpulan keluh-kesah dan makian akan kekacauan dunia dan peperangan.

Langkah dramatis pernah ditorehkan Linkin Park ketika album Minutes to Midnight (2007) dirilis, lirik-liriknya mulai menyerempet tema politik. Kali ini, A Thousand Suns merupakan sebuah ambisi terbaru yang dihadapkan oleh tantangan jaman, di mana musik tipikal nu-metal yang mereka usung harus berhadapan dengan band rock masa kini yang melangkah ke arah retro dan disko.

Meskipun dicap sebagai band ‘anak gaul’, band yang digawangi Chester Bennington (vocals), Rob Bourbon (drums), Brad Delson (lead guitar), David Farrell (bass), Joseph Hahn (turntable, programming, samples), dan Mike Shinoda (vokal, guitar, keyboard) ini tidak ragu menghadirkan tema nuklir, kehancuran, militerisme, dan peperangan. Apa yang dihadirkan dalam lafal maupun musikal lirik ini sangat bernuansa politis, bagaikan membawa pendengarnya ke dalam medan peperangan. Suara ledakan, tembakan, suasana panik, kacau, jeritan ketakutan, dan berbagai kekacauan-kekacauan efek dari peperangan menjadi suara latar di beberapa bagian lagu.

Dibuka dengan “The Requiem”, Linkin Park mencoba menjamu telinga dengan kemuraman yang dihadirkan suara keyboard yang kelam dan suara robotik yang mendeklarasikan, “God save us/everyone will be burn/inside the fires of a thousand suns.” Bahkan penggalan suara wawancara Robert Oppenheimer, Direktur Proyek Bom Atom Los Alamos (1943-1945) yang mengatakan, “Now I am become Death, the destroyer of worlds”, diperdengarkan di akhir lagu, melengkapi kutipan-kutipan rekaman suara pernyataan maupun pidato mengenai kekacauan dan peperangan yang dimunculkan di beberapa lagu.

Selanjutnya, pada lagu “Burning in the Skies” Chester mencoba menghadirkan lirik puitis bercerita tentang kehancuran, “I'm swimming in the smoke of bridges I have burned/I'm losing what I don't deserve." Hampir di semua lagu, vokalis penuh tatto ini menghadirkan tema yang tidak jauh berbeda namun tidak berulang sehingga tidak membosankan.

Memasuki pertengahan album, lagu-lagu mulai dihadirkan penuh emosi. Berbagai kegaduhan dari semua instrumen, seperti turntable, distorsi gitar dihadirkan beriringan dengan drum bertempo cepat dalam “Blackout” dan “Wretches and Kings”. Kondisi lagu kian diperseru dengan vokal sahut-menyahut antara Chester dan Mike Shinoda yang seperti mendeskripsikan langsung sebuah kehancuran di hadapan mereka.

Apakah album ini akan seterusnya meraung-raung dan menawarkan kegaduhan? Untungnya tidak. Bagaikan situasi kekacauan yang sudah mereda, tempo lagu pun menyurut pelan, menawarkan keteduhan bagi yang mendengarkan. Lagu penutup “The Messenger” yang bernuansa balada dengan petikan gitar akustik Brad Delson, menjadikan album ini ditutup dengan penuh kedamaian. Ah, semoga saja begitu realita yang terjadi di dunia...

Album: A Thousand Suns
Label: Warner Music

Track List:
1. The Requiem
2. The Radiance
3. Burning In The Skies
4. Empty Spaces
5. When They Come For Me
6. Robot Boy
7. Jornada Del Muerto
8. Waiting For The End
9. Blackout
10. Wretches And Kings
11. Wisdom, Justice, And Love
12. Iridescent
13. Fallout
14. The Catalyst
15. The Messenger

Text: Chandra Wirawan

0 komentar: