Jumat, 26 November 2010

Begini Cara Mahasiswa Inggris Berdemo

Laporan: Nirma Hasyim Mahasiswa University of Birmingham, Inggris


BIRMINGHAM,- Di bawah suhu 4 derajat Celcius, mahasiswa Universitas Birmingham yang didukung masyarakat dan kelompok sosialis, menentang rencana pemotongan subisdi, kenaikan biaya pendidikan, dan kenaikan pajak di Inggris.

Beberapa hari sebelumnya, mahasiswa sudah menyebarkan leaflaet untuk ajakan berdemonstrasi hari Rabu, 24 November pukul 13 waktu setempat.
Mahasiswa menggelar aksi demonstrasi yang menarik dan atraktif yang dipusatkan di depan Aston Webb Building (Gedung Rektorat) dengan orasi, yel-yel dan diiringi kelompok musik mahasiswa yang berkeliling sekitar kampus.
Alih-alih menimbulkan keributan, demonstrasi ini berlangsung damai, atraktif dan didukung secara luas. Juga, aparat kepolisian tidak menunjukkan sikap arogan, mereka bahkan terlihat mengobrol dengan para peserta demo yang menamakan dirinya kelompok pekerja sosialis.
Semua aktivitas kampus tetap berjalan, bahkan dosen-dosen pun turut serta menyaksikan aksi mahasiswa ini. Termasuk mahasiswa internasional yang tidak terlalu terkena dampak, karena memang sudah membayar sangat mahal untuk belajar di universitas ini.
Mahasiswa lokal membayar biaya pendidikan sekitar 1/5 dari jumlah yang harus dibayar mahasiswa asing atau internasional. Mereka juga diuntungkan dengan pinjaman biaya pendidikan yang disediakan pemerintah lokal dan universitas yang bisa dibayar setelah mereka bekerja. Tak heran, mahasiswa yang menempuh pendidikan master bahkan doktor rata-rata berusia muda.
Demonstrasi diliput media termasuk BBC dan ITV, dan menarik perhatian ratusan warga kampus dan masyarakat yang turut menyuarakan aspirasi mereka. Sejak krisis finansial melanda negara ini tahun 2008, pemerintahan baru dibawah PM David Cameron mencanangkan pemotongan subsidi dan tunjangan sosial, termasuk rencana kenaikan biaya pendidikan tinggi. Langkah lain menangani krisis ini, pemerintahan yang dikuasai oleh Partai Konservatif berencana menaikkan pajak hingga 20 persen awal tahun depan.
Jika kebijakan baru diberlakukan, dipastikan biaya pendidikan akan makin mahal, tak hanya bagi mahasiswa setempat tetapi berimbas pada mahasiswa asing dari berbagai negara.
Fenomena ini mengingatkan pada serangkaian kampanye Pilkada di Sulsel yang selalu menjual isu pendidikan gratis. Apakah sudah dilakukan penelitian mengenai kemampuan pemerintah daerah setempat menanggung biaya pendidikan yang tak murah?

0 komentar: