Rabu, 09 Februari 2011

Mari Tidak Beragama

Kerusuhan yang dipicu oleh masalah agama. Iku asal muasale saka tokoh agama sing seneng memperalat agama. Agama bukan lagi ajaran Tuhan, tetapi lebih merupakan dogma dari para pemuka agama. Yang paling parah, para pemuka agama itu merasa dirinya paling benar kemudian sibuk membentuk perkumpulan lintas agama. 

Wong-wong sing ngaku tokoh agama mau, sebenarnya telah menjerumuskan agama kedalam wilayah politik. Karepe pengin dadi tokoh politik. Agama mung kanggo kendaraan.

Saiki kejadian. Kerusuhan antar agama semakin meluas. Tokoh agama malah lempar batu sembunyi tangan. Menyalahkan pemerintah, menyalahkan polisi. Lha jadi selama ini tokoh lintas agama yang terhormat itu apa perannya di masyarakat ?  Sudah tahu omongannya tidak didengarkan masyarakat kok masih menyebutkan dirinya tokoh.

Aku jadi ingat. Jaman saiki, agama kaya politik.  Agama lan politik iku suci. Agama lan politik ana kanggo mbenerke masyarakat agar bisa menuju masyarakat yang adil dan makmur. Tapi ”para calo” yang mengatasnamakan dirinya itu” tokoh”, justu mengotori agama, menodai politik. 

Aku pribadi wis kapok ra ndukung salah satu parpol. Sekarang malah aku arep menghapus agama dari KTP. Kalau masalah percaya marang Ghusti Ingkang Murbeng Dhumadi itu pasti. Ke mesjid, ke gereja, ke Wihara, ke Pura, atau ke tempat lain silahkan. Tapi jangan mengaku sebagai orang beragama.

Akibatnya seperti sekarang. Karena membawa nama agama, gara-gara satu orang,  jadi ribut semuanya. Apalagi amit-amit jangan sampai gara-gara  tokoh lintas agama, jadi bubar Indonesia.


Sumber: kompasiana.com   I   Admin: FA

0 komentar: