Selasa, 08 Februari 2011

Bahaya Spa Ikan

Ikan Garra Rufa
Penggemar perawatan kaki dengan terapi ikan pantas waspada terhadap risiko buruknya bagi kesehatan. Ikan pemakan kutikula dan sel kulit mati manusia, yang digunakan dalam terapi, diduga dapat menyebarkan berbagai macam penyakit, termasuk hepatitis dan AIDS. Kementerian Kesehatan Uni Emirat Arab mengeluarkan peringatan akhir tahun lalu. Empatbelas negara bagian Amerika Serikat dua tahun lalu melarang terapi ini karena tidak memenuhi standar kebersihan.

Terapi ikan bermula dari legenda bangsa Turki tentang seorang penggembala mencelupkan kakinya yang terluka ke kolam air panas di Kota Kangal, Turki. Sekelompok ikan jenis Garra rufa menggigitinya, tak lama kaki itu sembuh. Orang lalu percaya ikan "dokter" itu menyembuhkan.
Garra rufa ikan berukuran 2,5 sentimeter, bersisik perak, hidup di air hangat, dan tidak memiliki gigi. Ia suka memakan kulit mati manusia sehingga dipercaya dapat menyembuhkan gejala awal penyakit kulit psoriasis. Penderita penyakit ini biasanya mengalami pergantian kulit terlalu cepat, dengan ciri-ciri kulit tampak merah, tebal, dan bersisik.

Khasiat gigitan Garra rufa dalam menyembuhkan penyakit kulit sampai sekarang belum teruji secara ilmiah. Namun, karena efek pijatannya disukai banyak orang, terapi ikan ini berkembang untuk merawat kesehatan dan kebersihan kaki atau pedikur. Terapi yang sering disebut spa ikan ini mulai berkembang secara komersial pada 2006, di kawasan Asia, Amerika, dan Eropa.

Terapi mencelupkan kaki ke dalam akuarium berisi ratusan ikan Garra rufa selama 15 menit ini dikhawatirkan kebersihannya oleh para ahli kesehatan wajah dan kulit. Menurut regulasi Amerika, setiap peralatan rias dan perawatan tubuh di salon dan tempat spa harus dibuang atau dibersihkan setiap sekali pakai. Tapi membuang ratusan ikan seharga US$ 9-10 per ekor tentu sangat merugikan. "Tak mungkin membersihkan ikan itu kecuali merebusnya selama 20 menit pada suhu 177 derajat Celsius," ujar Lynda Elliot, anggota staf badan persalonan, kosmetik, dan estetika New Hampshire, Amerika, kepada Wall Street Journal.

Menjamurnya bisnis spa ikan juga memicu kekhawatiran produk ikan yang dipakai bukan Garra rufa. Pemerintah Turki telah melarang eksploitasi komersial jenis ikan ini karena ancaman kepunahan. Akibatnya, banyak pengusaha menggantinya dengan ikan chinchin yang lebih murah dengan ukuran lebih besar dan memiliki gigi.

Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Vienna, Martin Grassberger, menyatakan banyak spa ikan di Amerika memakai jenis itu. "Ikan ini lebih agresif daripada Garra rufa," katanya kepada MSN Health. Semakin tua gigi ikan chinchin, semakin kuat merusak kulit hingga mengakibatkan infeksi. Jika pemilik spa hanya memakai satu akuarium atau tangki, ikan-ikan itu bisa menyebarkan penyakit hepatitis B dari darah yang terisap ke konsumen lainnya.

Karena itu, menurut Grassberger, konsumen harus waspada dengan jenis ikan yang dipakai. Meskipun memakai Garra rufa, konsumen sebaiknya memilih tempat spa yang menyediakan satu tangki per orang dengan ikan-ikan yang selalu diganti.

Kebersihan air juga harus dipastikan. Idealnya, 10 persen air dalam tangki harus dibuang setiap jam dan diganti dengan yang bersih. Tangki juga harus dilengkapi penyaring ultraviolet untuk membunuh virus dan bakteri. Untuk menghancurkan urea, darah, keringat, dan cairan lainnya menjadi oksigen serta air murni, pengelola spa ikan disarankan memasang alat terapi ozon dalam tangki. Adapun untuk menghancurkan sisa makanan dan kotoran ikan, bisa dipakai penyaring pasir.

Sumber: Majalah Tempo   I   Penulis: Sorta Tobing   :   Admin: FA

0 komentar: