Kamis, 27 Januari 2011

Georgia, Nomor Satu di Dunia Dalam Memberantas Korupsi

Jakarta,-  Ada banyak cara mengundang investor untuk berbisnis ke suatu negara.  Misalnya dengan menjual kekayaan alam, upah murah, ketersedian infrastruktur, kualitas tenaga kerja, dan sebagainya. Namun Georgia punya cara lain untuk menarik perhatian pebisnis luar. Apa yang diandalkannya?
Sebuah iklan yang cukup eye-catching tampil di harian Straits Times Singapura edisi 26 Januari 2011. Tak tanggung-tanggung, ia mengambil satu halaman penuh. Iklan ini bercerita tentang prestasi fenomenal negeri kecil, yang terletak diantara Eropa timur dan Asia barat, dalam memberantas korupsi.
Sebagaimana tertuang dalam iklan tersebut, menurut survei Transparency International tentang Barometer Korupsi Global tahun 2010, 78% penduduk Georgia menganggap korupsi di negeri tersebut telah menurun dalam 3 tahun terakhir. Ini adalah capaian terbaik diantara 86 negara yang disurvei. Yang sangat menarik, hanya 3% penduduk disana yang berurusan dengan pelayanan publik mengaku membayar suap atau sogok ke pegawai berwenang dalam 12 bulan terakhir. Angka ini lebih baik dari rata-rata negara-negara Uni Eropa dan menempatkan negara tersebut ke dalam negara dengan rekor suap terkecil di dunia. 
Keseriusan pemerintah Georgia dalam memerangi korupsi juga sangat diapresiasi oleh warganya. Dari survei yang sama tercatat 77% penduduk yang percaya bahwa aksi pemerintah mereka efektif dalam memberantas korupsi menempatkan Georgia dalam posisi kedua secara global. Yang lebih penting lagi, prestasi ini justru dicapai ditengah persepsi bahwa korupsi telah meningkat dalam 3 tahun terakhir di seluruh dunia. Sebagaiman dicatat oleh Tranparency International, satu dari 4 warga mengaku pernah menyuap. 
Survei lainnya yang dilakukan oleh International Republican Institute, Baltic Surveys dan Gallup Organization menunjukkan hasil yang sama. Misalnya hanya 0.4% penduduk Georgia pernah membayar sogok untuk mendapatkan pelayanan atau keputusan yang diinginkannya. 

Penulis: Rahmat Yunanto   |   Sumber: Straits Times   I   Admin: FA

0 komentar: