massa mengalami kekerasan (foto: RMOL) |
Jakarta,– Mahasiswa yang tergabung dalam pergerakan kaum muda, pelajar dan mahasiswa Indonesia mengalami kekerasan aparat kepolisian di depan Istana Negara (Senin, 24/1/2011). Dalam bentrokan ini puluhan massa luka-luka dan dua orang ditangkap aparat kepolisian.
Dalam aksinya massa menuntut agar para perampok uang rakyat ditangkap dan diadili dimulai dari lingkungan Istana. Massa juga membawa poster dan spanduk serta melakukan orasi.
Awalnya, massa gabungan sekitar 17 elemen gerakan mahasiswa dan pelajar tersebut memulai aksi dari markas PII (Pelajar Islam Indonesia) di kawasan Menteng 58, sekitar pukul 12.30 dan kemudian long march menuju Istana kepresidenan.
Elemen-elemen gerakan tersebut diantaranya adalah PII (Pelajar Islam Indonesia), HMI-MPO (Himpunan Mahasiswa Islam – Majelis Penyelamat Organisasi), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katholik Indonesia), LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi), HMI-Dipo (Himpunan Mahasiswa Islam – Dipo), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), Hikmahbudhi (Himpunan Mahasiswa Budha), Senat Mahasiswa UI, KMHDI (Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia), KAMTRI (Keluarga Mahasiswa Trisakti), BEM UMB (BEM Universitas Mercu Buana), BEM Nusantara, PMII Jakarta Timur, dll.
Setelah melewati stasiun Gambir, ratusan massa tersebut melakukan aksi jalan mundur sampai persis di depan Istana. Peserta aksi juga menempelkan tulisan kata BOHONG dengan lingkararan dan dicoret di setiap baju mereka. “Ini simbol perlawanan terhadap kebohongan dari kami”, demikian kata Parlindungan, presidium eksternal PMKRI yang juga menjadi koordinator lapangan aksi tersebut.
Namun kekuatan polisi lebih besar, mereka berhasil mengambil mobil komando untuk dibawa keluar dari kerumunan. Polisi bahkan mematikan sound sistem di atas mobil dengan cara mencabuti kabel-kabelnya. Akhirnya mahasiswa pun tidak bisa melakukan orasi dan koordinasi mulai kacau.Begitu sampai pagar Istana, rupanya sudah banyak aparat yang menunggu mereka. Aparat merengsek dan berusaha mengambil mobil komando yang akan dipakai untuk orasi. Terjadilah percekcokan antara aparat yang berusaha mengambil mobil komando dan mahasiswa yang berusaha mempertahankannya.
Lalu merangseklah polisi ke arah mahasiswa sehingga akhirnya terjadi bentrokan. Tak lama kemudian barisan mahasiswa cerai-berai setelah aparat kepolisian menendang dan menggebuki sebagian besar dari mahasiswa.
Dua pengunjuk rasa, Hengky F Mattan, akvitis Liga Mahasiswa Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND) dan Tigor Hutapea dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ditangkap. Hengky bahkan mengalami kekerasan hebat saat penangkapan, mukanya lebam dan kacamatanya hancur karena dipukuli aparat. “Saat ini dua mahasiswa itu sudah dibebaskan setelah kami mengancam polisi untuk bertahan sampai malam jika tidak dibebaskan,” demikian keterangan M Thohir dari HMI.
Sementara itu korban luka cukup parah diantaranya adalah Ahmad Latupono dari Himpunan Mahasiswa Islam – Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) yang sempat dibawa ambulance karena mengalami luka cukup parah pada bagian kaki. Selain itu Kiki dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Trisaki (KAMTRI) juga mengalami hal yang sama. Kiki sempat dibawa ke klinik karena mengalami pukulan pada bagian dada padahal ia mengalami sakit jantung. Sedangkan puluhan lainnya mengelami luka ringan karena kekerasan tersebut.
Pasca Bentrok
Tak lama kemudian mahasiswa yang sudah mengalami kekerasan berusaha merapatkan barisan kembali di depan pintu Monas yang menghadap Istana. Mereka kembali melakukan orasi dan masing-masing pimpinannya menyampaikan pernyataan kepada pers.
Mereka menuntut agar kawan yang ditangkap segera dilepaskan, dan mereka akan bertahan jika tidak dilepaskan. Akhirnya sekitar pukul 15.00 dua mahasiswa dari LMND dan GMKI yang ditangkap dilepaskan oleh pihak aparat dan mahasiswa gabungan pun membubarkan diri.
“Setelah aksi ini, setiap elemen yang bergabung dalam koalisi ini akan menginstruksikan kepada strukturnya di daerah-daerah untuk melakukan aksi dengan mengusung isu yang sama yaitu gerakan ‘perubahan sudah tidak bisa ditunda lagi’, tegas Ridho dari PII dalam pernyataan kepada HMINEWS.
Tuntutan Mahasiswa
Aksi gabungan pemuda, mahasiswa, dan pelajar Indonesia tersebut menuntut agar SBY bertanggungjawab atas semua kemerosotan yang terjadi di negeri ini. Mereka mengatakan bahwa SBY adalah pembohong besar, oleh karena itu perubahan sudah tidak bisa ditunda lagi. ”SBY adalah pengkhianat bangsa, SBY pembohong besar, maka SBY harus mundur!”, demikian pekik salah satu peserta aksi dalam orasinya.
Selain menuntut SBY mundur, mereka juga mengajukan Tujuh Cita-cita Mahasiswa Indonesia untuk perubahan, yang merupakan ekspresi keinginan meraka terhadap kepemimpinan pasca SBY:
1. Indonesia merdeka dari penjajahan gaya baru untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian bangsa.
2. Supremasi hukum tanpa diskriminasi.
3. Tangkap, adili, dan sita semua uang perampok uang rakyat, dimulai dari Istana.
4. Persatuan Indonesia yang berlandaskan keadilan sosial dan semangat kebinekaan.
5. Indonesia bebas dari kemiskinan melalui industrialisasi yang kuat dan mandiri.
6. Indonesia memiliki pemimpin nasional yang mandiri, berani, demokrasi, dan bermental kerakyatan.
7. Demokrasi Indonesia yang sejati tanpa oligarki.
Aksi berakhir sekitar pukul 16.00 dan gabungan 17 elemen gerakan mahasiswa membubarkan diri secara pelan-pelan. Namun demikian pasca aksi tersebut, massa dari HMI Dipo masih melanjutkan aksinya hingga malam. Mereka bahkan menambah massanya dari kelompok HMI yang sebelumnya aksi di depan kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga. Dikabarkan aksi lanjutan tersebut berlanjut semakin panas dan dua orang lagi dari anggota HMI Dipo ditahan dan sempat dites urine.
“Kami tidak lagi terlibat dalam aksi lanjutan bersama kawan-kawan HMI. Aksi lanjutan tersebut sudah di luar koordinasi Gabungan 17 Elemen Gerakan ini, jadi kami sudah tidak bertanggungjawab. Itu adalah oleh temen-temen HMI Dipo sendiri”, demikian ungkap Agas dari LMND saat ditemui HMINEWS selesai rapat evaluasi aksi.
Sumber: hminews I Penulis: Lara Kelana I Editor & Admin: FA
0 komentar:
Posting Komentar