Banjir, sudah menjadi langganan kota Jakarta, begitu juga dengan kampus Universitas Nasional (Unas) yang juga ikut serta berlangganan banjir. Namun nampaknya pihak Unas masih kurang serius dalam menangani persoalan banjir ini. Sehingga banjir yang terjadi Senin (25/10) merendam seluruh basement di kampus Unas.
Masalah pelik ini tak ayal membuat para korban banjir, khususnya Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Nasional (Himpala Unas) yang kebetulan ruang kerjanya berada di ruang basement sehingga rawan terendam. sempat, memberikan solusi dengan membuat sumur resapan atau yang lebih dikenal dengan Biopori.
Teknologi biopori ini mengunakan lubang resapan di dalam tanah untuk menampung air. Lubang-lubang tersebut terbentuk akibat berbagai akitivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang itu akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
Konsep inilah yang kemudian dikembangkan dengan membuat lubang resapan sendiri. Teknologi ini otomatis membuat tempat resapan air semakin besar. Daya resapan air yang meningkat merupakan salah satu solusi mengatasi banjir.
"Kami sempat membuat ratusan sumur resapan (biopori) di kampus Unas, tapi semuanya telah di tutup konblok, " kata Alvin Regi (26), Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nasional yang juga anggota Himpala Unas, saat ditemui HIMPALAUNAS.COM, Senin (25/10) di sela-sela kegiatannya menguras air genangan di sekretariatnya, di wilayah Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Sebenarnya hanya diperlukan kesadaran masyarakat kampus tentang pencegahan banjir. Tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit, teknologi ini cukup sederhana untuk diaplikasikan. Jika teknologi ini bisa diterapkan dengan baik dan merata, bukan tidak mungkin, debit air banjir bisa berkurang, " pintanya. (has)
0 komentar:
Posting Komentar