MALANG, KOMPAS.com - Pola pembiayaan studi mahasiswa tidak cukup menjadi perhatian pemerintah. Sebab, pemerintah serta perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) menyelenggarakan pendidikan tinggi tidak lagi sebagai lembaga sosial.
Pertanyaan besarnya kemudian berapa banyak sebenarnya orangtua dan mahasiswa yang mampu memenuhi tuntutan biaya pendidikan tinggi.
-- Wani Hadi Utomo
Hal itu diungkapkan Rektor Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Prof Dr Wani Hadi Utomo, Selasa (7/12/2010) di Malang. Akibatnya, banyak siswa dan mahasiswa dari kategori berprestasi biasa-biasa saja dengan kemampuan ekonomi orangtua rendah jumlahnya cukup besar, tidak terjaring oleh beasiswa yang mensyaratkan prestasi. Padahal, jumlah mahasiswa dari kategori ini mencapai sekitar 85 persen dari seluruh jumlah mahasiswa.
"Sudah tak perlu diperdebatkan lagi, PTN dan PTS bukan lagi lembaga pendidikan semata, melainkan lembaga pencetak laba. Pertanyaan besarnya kemudian berapa banyak sebenarnya orangtua dan mahasiswa yang mampu memenuhi tuntutan biaya pendidikan tinggi,” kata Wani.
Menurut Wani, yang dibutuhkan saat ini adalah upaya nyata untuk memperbesar kesempatan bagi mahasiswa dan siswa calon mahasiswa untuk mendapatkan pembiayaan itu.
Terkait hal itu, Unitri mengembangkan pola pembelajaran dengan separuh mahasiswa mendapat beasiswa dari total 3.000 mahasiswanya. Artinya, beasiswa tidak hanya diberikan kepada yang berprestasi saja, tetapi juga yang tidak berprestasi dan tak memiliki kemampuan melanjutkan studi.
”Pada setiap sekolah setingkat SMA selalu ada siswa yang menghadapi masalah biaya, memiliki hasrat untuk studi namun juga bukan anak yang luar biasa pintar untuk bisa mendapatkan beasiswa. Kami mencari mahasiswa seperti ini, lalu kami carikan model dan cara pembiayaannya lewat berbagai cara. Sebab, bagaimanapun mereka adalah saudara sebangsa kita sendiri,” katanya. (ODY)
Sumber :
Editor: Latief
0 komentar:
Posting Komentar